Mengisap
pipa shisha sama buruknya bagi orang-orang seperti merokok tembakau,
penemuan baru Departemen Kesehatan dan Pusat Kerjasama Pengendalian
Tembakau.
Orang yang merokok shisha, atau herbal tembakau, dapat
terkena penyakit dari tingginya kadar karbon monoksida shisa tersebut,
ungkap penelitan terbaru.
Karbon monoksida yang dihasilkan rokok
shisa setidaknya empat kali lebih tinggi dari jumlah yang dihasilkan
oleh satu batang rokok dalam satu kali hisapan. Padahal tingginya karbon
monoksida tersebut dapat menyebabkan kerusakan otak dan ketidaksadaran.
Shisa
adalah pipa air, sangat populer di negara-negara Arab, dimana tembakau
beraroma buah dibakar menggunakan batubara, kemudian asap melewati
sebuah tabung berisi air dan asap yang dihirup melalui selang akan
keluar.
Departemen Kesehatan menyatakan sulit untuk mengetahui
dengan tepat berapa banyak jumlah karbon monoksida dalam satu rokok yang
dibakar, karena perbedaan tiap-tiap orang dalam menghisap batang rokok.
Kadar Tingkat CO - PPM (Parts Per Million)
Tingkat Normal: 3 ppm
Perokok Ringan: 10-20 ppm
Perokok Berat : 30-40 ppm
Salah Pembakaran : lebih dari 100 ppm
Gejala Berat : 100 ppm
Tingakatan Parah : lebih dari 300 ppm
Studi
ini menemukan jika perokok shisa telah memasukkan 40-70 ppm Co kedalam
napas mereka - hal itu mempengaruhi 8-12 % darah dalam tubuh mereka. Dr
Hilary Wareing, direktur Pusat Kerjasama Pengendailan Tembakau
menyatakan ia sangat terkejut dengan hasil penelitian ini.
"Kami
membuka mulut kami pada tingkat yang merugikan - tidak satu tes yang
kami lakukan yang menunjukkan apa-apa selain shisa itu berbahaya bagi
kesehatan". Paul Hooper, manajer regional di Departemen Kesehatan
Inggris, mengatakan temuan bahaya shisa ini adalah sebagai sebuah
"masalah besar". Dia mengatakan banyak orang sudah lama menganggap jika
shisa adalah "bukan rokok".
Kesalahpahaman
Bar
shisa, yang biasanya dihiasi bangku rendah dan bantal lembut agar
menarik orang untuk nongkrong sudah menjadi tempat-tempat populer di
kota-kota Inggris, terutama di London, Manchaster dan Birmingham. Di
Indonesia juga, dengan watak masyarakan kita yang suka meniru-niru
sesuatu yang dianggap "keren", rame-rame di kota-kota besar menyediakan
shisa di cafe-cafe. Bahkan sekarang shisa tidak menjadi begitu elit
lagi, di kota Semarang bahkan ada warung pinggir jalan yang menyediakan
shisa dengan harga murah di bawah Rp 50,000 untuk dihisap secara
bersama-sama selama kurang lebih satu jam.
Dan sampai yang terburuk, shisa adalah 400-450 kali lebih berbahaya daripada rokok, kata Dr Hilari Wareing.
Di
Timur Tengah ada tren yang kerap dilakukan anak-anak muda disana dengan
"Pesta shisa". Banyak orang pergi ke "pesta shisa malam" dan mengira
ini adalah alternatif yang lebih aman daripada merokok.
"Jika
ibuku melihatku merokok shisa, dia tidak akan menganggapnya sebagai hal
serius seolah-olah saya sedang merokok biasa", kata seorang pria
keturunan Pakistan di Inggris.
Choudhory Qasikm, seorang pemuda
yang bekerja di NHS Layanan Berhenti Merokok di Leceister, mengatakan,
berbagi pipa shisa bisa mengedarkan infeksi. "Ada risiko tinggi terkena
TBC, herpes dan infeksi seperti itu," katanya.
Anda yang di
Indonesia, apakah masih mau juga menghisap shisa yang masih nge-trend
itu, sepertinya harus pikir-pikir lagi untuk menghisapnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar