Allah Ta’ala berfirman:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ
وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. At Taubah (9): 103)
Makna wa shalli ‘alaihim adalah:
وادع لهم بالمغفرة لذنوبهم
Dan berdoalah untuk
mereka dengan ampunan bagi dosa-dosa mereka. (Tafsir Al
Muyassar, 3/345)
Selanjutnya, berikut ini adalah
orang-orang yang mendapakan shalawat dari Allah Ta’ala dan para MalaikatNya,
yang disebutkan dalam Al Quran dan As Sunnah. Hendaknya kita berupaya menjadi
pribadi yang sangat mengharapkan shalawat tersebut. Apakah kita termasuk di
dalamnya?
1.
Kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Secara khusus Allah Ta’ala menyebutkan bahwa Allah dan para Malaikat,
bershalawat kepadanya, dan kaum mukminin juga dianjurkan bershalawat kepada
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
FirmanNya:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. At Taubah (9): 56)
Imam Al Bukhari Rahimahullah mengomentari ayat ini:
قَالَ أَبُو
الْعَالِيَةِ صَلَاةُ اللَّهِ ثَنَاؤُهُ عَلَيْهِ عِنْدَ الْمَلَائِكَةِ وَصَلَاةُ
الْمَلَائِكَةِ الدُّعَاءُ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ { يُصَلُّونَ } يُبَرِّكُونَ
Berkata Abul ‘Aliyah: “Shalawatnya Allah adalah pujian kepadanya (nabi) di
hadapan malaikat, dan shalawatnya malaikat adalah doa.” Berkata Ibnu Abbas: yushalluuna
(mereka bershalawat) yaitu yubarrikuuna (mereka memberkahi). (Lihat Jami’ush
Shahih, Kitabut Tafsir, Bab Qaulihi: Innallaha wa malaikatahu ...dst)
Ada pun anjuran bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang
diterangkan dalam hadits, cukup banyak. Di antaranya:
-
Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وَصَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّ
صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ
Dan bershalawatlah kalian kepadaku, sesungguhnya
shalawat kalian sampai kepadaku di mana pun kalian berada. (HR. Abu Daud No. 2042, Alauddin Al
Muttaqi Al Hindi, Kanzul ‘Ummal No. 41512, Al Baihaqi dalam Syu’abul
Iman No. 4162)
Imam An Nawawi mengatakan isnad hadits ini shahih. (Khulashah Al
Ahkam fi Muhimmat As Sunan wa Qawa’id Al Islam, 1/440), Imam Ibnu Hajar
juga mengatakan demikian. (Fathul Bari, 6/488)
Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الْبَخِيلُ الَّذِي
مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
Orang bakhil (pelit) adalah orang yang disebut
namaku di sisinya, lalu dia tidak bershalawat kepadaku. (HR. At Tirmidzi No. 3546, Al
Hakim dalam Al Mustadrak No. 2015, Al Baihaqi, Syu’abul Iman No.
1567, Abu Ya’la No. 6776, Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf No. 794, Al
Bazzar No. 1342, Abu Nu’aim, Ma’rifatush Shahabah No. 1696)
Imam At Tirmidzi berkata: hasan shahih gharib. (Sunan At
Tirmidzi No. 3546), Imam Al Hakim mengatakan: sanadnya shahih tetapi
Bukhari dan muslim tidak meriwayatkannya. (Al Mustadrak No. 2015), Imam
As Sakhawi mengatakan: “Dishahihkan oleh Imam Ibnu Hibban dan dikuatkan oleh
Imam Ad Daruqutni.” (Al Maqashid Al Hasanah, 1/234), Syaikh
Husein Salim Asad mengatakan: isnadnya shahih. (Lihat ta’liq Beliau
terhadap Musnad Abu Ya’la No. 676), Syaikh Muhammad bin Darwisy bin
Muhammad mengatakan: hasan. (Asna Al Mathalib fi Ahadits
Mukhtalifah Al Maratib, No. 465)
-
Dari Abdullah
bin Amr bin Al Ash Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali saja,
maka dengannya Allah akan bershalawat kepadanya
sepuluh kali. (HR.
Muslim No. 384, At Tirmidzi No. 485, Abu Daud No. 523, Ath Thabarani, Al
Kabir No. 13269, dari Ibnu Umar)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَا قَعَدَ قَوْمٌ مَقْعَدًا لَا يَذْكُرُونَ فِيهِ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ،
وَيُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِلَّا كَانَ عَلَيْهِمْ
حَسْرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَإِنْ دَخَلُوا الْجَنَّةَ لِلثَّوَابِ
“Tidaklah suatu kaum duduk di majelis, dan mereka tidak
menyebut nama Allah ‘Azza wa Jalla di dalamnya, dan tidak bershalawat kepada
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melainkan akan menimpa mereka kesedihan pada
hari kiamat, dan jika mereka masuk ke dalam surga itu adalah karena ganjarannya
.” (HR.
Ahmad
No. 9965, Ibnu Hibban No. 591, 592, Ath Thabrani dalam Al Awsath No. 4831,
juga dalam Ad Du’a No. 1926)
Imam Al Haitsami, beliau mengatakan: “Diriwayatkan Ahmad,
rijalnya adalah rijal hadits shahih.”
(Lihat
Majma’ Az Zawaid, 10/79. 1408H-1988M. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, Beirut), Syaikh
Al Albani mengatakan; “isnadnya shahih.” (As Silsilah Ash Shahihah 1/116, No. 76. Darul Ma’arif
- Riyadh. Lihat juga Shahih At Targhib wat Tarhib No. 1513. Cet. 5.
Maktabatul Ma’arif – Riyadh), Syaikh
Syu’aib Al Arnauth juga mengatakan: shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim. (Ta’liq
Musnad Ahmad No. 9965. Muasasah Ar Risalah)
Berkata Imam Al Munawi Rahimahullah:
فيتأكد ذكر الله ، و الصلاة على رسوله عند إرادة القيام من المجلس ،
و تحصل السنة في الذكر و الصلاة بأي لفظ
كان ، لكن الأكمل في الذكر " سبحانك اللهم و بحمدك ،
أشهد أن لا إله إلا أنت ، أستغفرك و أتوب إليك ، و في الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم ما في
آخر التشهد
“Maka, ditekankan untuk menyebut nama Allah
dan bershalawat atas RasulNya ketika hendak bangun dari majelis, dan kesimpulannya bahwa sunah dalam berdzikir
dan shalawat dengan lafaz mana pun, tetapi yang lebih sempurna adalah dzikir
dengan: Maha Suci Engkau, Ya Allah dengan memujiMu, Aku bersaksi Tiada Ilah
Kecuali Engkau, aku memohon ampunanMu, dan aku bertobat kepadaMu. Sedangkan
bacaan shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah bacaan
yang ada pada akhir tasyahud.” (Faidh Al Qadir, 5/560. Cet.1.
1415H-1994M. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, Beirut)
Dan masih banyak hadits lainnya tentang anjuran dan keutamaan bershalawat
atas Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
2.
Kepada orang yang mengajarkan kebaikan
Dari Abu Umamah Al Bahili Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ
السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ
لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ
Sesungguhnya Allah, para malaikatNya, penduduk langit, penduduk bumi,
sampai semut di lubang-lubangnya, dan ikan-ikan, mereka bershalawat kepada
orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia. (HR. At Tirmidzi No. 2685,
katanya: hasan shahih gharib. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir No.
7912, 28740, Alauddin Al Mutaqqi Al Hindi, Kanzul ‘Ummal No. 28736. Syaikh
Baari’ ‘Irfan Taufiq mengatakan: shahih. Lihat Shahih Kunuz As Sunnah
An Nabawiyah, Baab Al ‘Ilm wa Amru Al ‘Aalim wal Muta’allim No. 13)
Imam Al Munawi Rahimahullah mengatakan:
الصلاة من الله رحمة ومن الملائكة
استغفار ولا رتبة فوق رتبة من يشتغل الملائكة وجميع الخلق بالاستغفار والدعاء له
Shalawat dari Allah adalah rahmat, dan dari malaikat adalah istighfar (permohonan
ampunan), dan tidak ada kedudukan yang
lebih tinggi dibanding orang yang membuat malaikat dan seluruh makhluk
sibuk beristighfar dan berdoa untuknya.
(At Taisir bisyarhi Al Jami’ Ash Shaghir, 2/330)
Sementara Ath Thayyibi mengatakan bahwa shalawatDari Allah Ta’ala di sini
adalah keberkahan dari langit. (Tuhfah Al Ahwadzi, 7/380)
Jadi, keberkahan dan rahmat
Allah Ta’ala, begitu pula doa dan permohonan ampunan dari para malaikat,
seluruh makhluk yang ada di langit, seluruh makhluk yang ada di bumi, baik itu
manusia, jin, dan hewan, sampai-sampai semut dan makhluk laut yang tak
terhitung jumlahnya, untuk orang-orang yang mengajarkan kebaikan dan ilmu
bermanfaat kepada manusia. Maka, beruntunglah para guru, ustadz, da’i,
muballigh, mu’allim, dan semua manusia yang mengajarkan kebaikan kepada orang
lain, terlebih mengajarkan ilmu-ilmu agama. Ini adalah kabar gembira yang
begitu luar biasa .... !
3.
Kepada orang yang menyambungkan shaf shalat
Yaitu yang kepada orang yang mau mengisi dan merapatkan shaf yang
kosong di antara barisan jamaah shalat. Menyempurnakan dan mengisi shaf
awal sebelum yang kedua, menyempurnakan shaf yang kedua, sebelum yang ketiga,
dan seterusnya.
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
الَّذِينَ يَصِلُونَ الصُّفُوفَ
Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada orang-orang yang
menyambungkan shaf. (HR. Ibnu Majah No. 995, Ahmad No. 23481, Ibnu
Hibban No. 2163, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 4968, Alauddin Al
Muttaqi Al Hindi, Kanzul ‘Ummal No. 20554, dari Abu Hurairah)
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: hasan. (Ta’liq Musnad
Ahmad No. 23481)
Apakah yang dimaksud menyambungkan dan menyempurnakan shaf? Hal ini
dijelaskan oleh Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr Hafizhahullah:
يكون الوصل بإتمام الصف الأول فالأول
بحيث لا ينشأ الصف الثاني إلا إذا اكتمل الأول، ولا ينشأ الصف الثالث إلا إذا
اكتمل الثاني، ولا ينشأ الصف الرابع إلا إذا اكتمل الثالث... وهكذا ويكون وصل الصفوف أيضاً بالتقارب والتراصّ في الصفوف وألا يكون فيها
فُرَج، ويكون التراصّ والتقارب إلى جهة الإمام، ولا يكون إلى أحد طرفي الصف وإنما
يتجه الناس إلى جهة الإمام، فإذا كانوا من جهة اليمين تراصّوا وتقاربوا إلى جهة
اليسار، وإذا كانوا في يسار الصف فإنهم يتراصون إلى جهة اليمين، أي: إلى جهة
الإمام. فوصل الصفوف يكون بملء الصفوف والتقارب وعدم وجود فُرَج، وكذلك يتحاذون
بلا تقدم ولا تأخر.
Dimaksud “menyambung” adalah dengan menyempurnakan shaf yang awal
dahulu, tidak membuat shaf kedua sebelum shaf pertama sempurna. Tidak membentuk
shaf yang ketiga kecuali setelah shaf kedua sempurna, tidak membentuk shaf
keempat, kecuali setelah shaf ketiga sempurna ... begitu seterusnya. Demikian
juga menyambungkan shaf adalah dengan mendekat dan merapatkan shaf, dengan tidak ada celah-celah di dalamnya. Mendekat dan
merapatkan shaf adalah dengan mengikuti arah (posisi) imam, bukan ke salah satu
ujung shaf. Sesungguhnya manusia mengarah pada arahnya imam, jika mereka berada
di sebelah kanan hendaknya mereka
merapat dan mendekat ke arah kiri, jika mereka di sebelah kiri imam maka mereka
merapatkan ke kanan yaitu ke posisi imam. Lalu, menyambung shaf juga dengan
cara memenuhi shaf dan merapatkannya, dan menghilangkan adanya celah, begitu
pula membetulkan shaf agar tidak terlalu ke depan dan tidak terlalu ke
belakang. (Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr, Syarh Sunan Abi Daud,
12/456)
4.
Kepada orang yang berada di shaf pertama shalat berjamaah
Dari Al Bara bin ‘Azib Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى الصُّفُوفِ الْأُوَلِ
Sesungguhnya Allah dan malaikatNya bershalawat kepada orang-orang yang
berada pada shaf pertama. (HR.
Abu Daud No. 664, Ahmad No. 18516, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Awsath
No. 7206, Alauddin Al Muttaqi Al Hindi dalam Kanzul ‘Ummal No. 20640,
Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf No. 3825, Abdurrazzaq dalam Al
Mushannaf No. 4175, Ibnu ‘Asakir dalam Al Mu’jam No. 1548, Ibnu
Khuzaimah No. 1557)
Imam An Nawawi Rahimahullah mengatakan: hasan. (Al
Khulashah Al Ahkam, 2/707). Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih.
(Ta’liq Musnad Ahmad No. 18516). Syaikh Al Albani mengatakan: shahih.
(Shahih wa Dhaif Abi Daud No. 664)
Kenapa shaf pertama mendapatkan keutamaan ini ? Imam Badruddin Al
‘Aini Rahimahullah menjelaskan:
ولأن أصحاب الصف
الأول هم المبادرون المُسارعون ولهم فضيلة السبق والقرب من الإمام، وليس بينهم
وبيْن القبلة أحد، ثم هذا الممدوح من الصفوف هو الصف الذي يلي الإمام سواء جاء
صاحبه متقدما أو متأخرا
Karena orang yang berada pada shaf pertama, dinilai sebagai orang yang bersegera dan cepat tanggap, maka bagi
merekalah mendapatkan keutamaan menyusul dan mendekat kepada imam, dan di
antara mereka dan kiblat tidak ada seorang pun yang menghalanginya. Kemudian,
pujian ini adalah pujian untuk shaf yang berada pada barisan setelah imam, sama saja apakah
dia datangnya awal waktu atau terlambat. (Imam Al ‘Aini, Syarh Sunan Abi Daud, 3/232)
Hal ini juga sejalan dengan hadits lainnya, dari Abu Hurairah
Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:
خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا
آخِرُهَا وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا
Sebaik-baiknya shaf kaum laki-laki adalah yang pertama, dan yang paling
buruk adalah yang terakhir. Sebaik-baiknya shaf wanita adalah yang terakhir,
dan yang terburuk adalah yang pertama. (HR. Muslim No. 440)
5.
Kepada orang yang berada di shaf sebelah kanan shalat berjamaah
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
مَيَامِنِ الصُّفُوفِ
Sesungguhnya Allah dan malaikatNya bershalawat
kepada orang yang berada di sebelah kanan shaf. (HR. Abu Daud No.
676, Ibnu Majah No. 1005, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 3980, Ibnu
Hibban No. 2160)
Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: hasan. (Fathul
Bari, 2/213). Imam An Nawawi mengatakan: sesuai syarat Imam Muslim. (Al
Khulashah Al Ahkam, 2/710). Imam Al Munawi mengatakan: shahih.
(At Taisir, 1/532)
Keutamaan ini menurut zahirnya berlaku untuk
semua shaf sebelah kanan, bukan hanya shaf yang pertama. Tidak ada
keterangan khusus menyebutnya “kanan shaf pertama.”
Imam Al Munawi Rahimahullah menjelaskan:
أي يستغفرون لمن عن يمين الإمام من كل
صف
Yaitu mereka memohonkan ampun bagi orang yang berada di sebelah kanan imam
dari semua shaf. (Ibid)
Imam Abu Thayyib Syamsul ‘Azhim Abadi Rahimahullah menjelaskan pula:
وفيه استحباب الكون في يمين الصف الأول
وما بعده من الصفوف
Pada hadits ini disunahkan untuk berada pada shaf bagian kanan, baik
yang awal dan shaf setelahnya. (‘Aunul Ma’bud, 2/263)
Kenapa sebelah kanan? Imam Al ‘Aini Rahimahullah menjawab secara
sederhana:
لأن اليمين لها فضل على اليَسار في كل
شيء
Karena bagian kanan memiliki keutamaan lebih dibanding kiri dalam segala
hal. (Imam Al ‘Aini, Syarh Sunan Abi Daud, 3/228)
Tetapi jika ada yang berada pada shaf pertama, dan juga bagian kanan, maka
itu lebih baik lagi sebab dia mengumpulkan dua keutamaan, dan posisinya pun lebih dekat dengan imam juga lebih utama.
Berkata Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin Rahimahullah:
يعني: على أيمن الصف، فأيمن الصف أفضل،
ولكن القرب من الإمام أفضل من البعد ولو كان على اليمين
Yakni di bagian paling kanan shaf, maka bagian paling kanan adalah
lebih utama, tetapi mendekat dengan imam adalah lebih utama dibanding yang jauh
walau dia di sebelah kanan. (Syarh
‘Umdah Al Ahkam, 12/4. Asy Syabakah Al Islamiyah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar