PERIHAL
hubungan seksual (jima), Rasulullah SAW memberi petunjuk yang sangat
sempurna, beralas etika dan estetika Rabbaniyah (ketuhanan). Bercinta
tidak saja untuk menyehatkan jiwa, namun juga memberi kepuasan serta
kenikmatan jiwa.
Dalam Islam, salah satu yang harus diperhatikan ketika melakukan jima
adalah soal tempat. Bahkan, pasangan suami-istri dilarang berjima jika
dalam ruangan ada seekor kucing sekalipun. Islam menganjurkan untuk
mencari tempat bercinta yang nyaman dan merahasiakan apa yang terjadi
diantara suami istri pada waktu bercinta.
Diantara syarat bercinta dalam Islam ialah mencari tempat yang nyaman
dan merahasiakan apa yang terjadi pada saat bercinta, baik istri maupun
suami, tidak diperkenankan menceritakan ‘geliat’ percintaan yang
dilakukannya kepada orang lain.
Dalam sebuah hadis riwayat Abu Said Khudri, ia menuturkan, Rasulullah
SAW bersabda: Selazimnya bagi kaum lelaki diantara kalian yang hendak
memenuhi hajat biologisnya, mencari tempat yang nayaman, jauh dari hiruk
pikuk keluarganya, dan menutup pintu rapat-rapat, serta mengenakan
sehelai kain, barulah bercinta (bersetubuh). Kemudian apabila telah
selesai bercinta, hendaknya tidak menceritakan hubungan badannya kepada
orang lain. Selazimnya bagi kaum wanita diantara kalian, yang hendak
memenuhi hajat biologis, mencari tempat yang nyaman, menutup pintu
rapat-rapat, dan mengenakan sehelai kain untuk menutup tubuhnya. Dan
jika selesai memuaskan dahaga cinta, hendaknya tidak menceritakan
hubungan intimnya kepada yang lain. Salah seorang wanita berujar: Demi
Allah, wahai utusan Allah, kebanyakan daripada kaum wanita menceritakan
apa yang mereka alami saat senggama kepada yang lain, serta jamak
melakukan percintaan di tempat terbuka.
Rasulullah SAW berkata tegas. Janganlah kalian melakukan hal seperti
itu – menceritakan sesuatu saat senggama dan bersetubuh di tempat
terbuka, serta bertelanjang bulat. Sebab perbuatan seperti itu, sama
persisnya dengan perbuatan setan pria bertemu dengan setan wanita di
tengah jalan, lalu bersetubuh di tempat terbuka, setelah setan pria
selesai melampiaskan dahaga seksnya, lantas meninggalkan si wanita
begitu saja.
Rasulullah SAW juga menyerukan untuk mengenakan kain saat bercinta,
sebagaimana sabdanya: Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla adalah maha
lembut, maha malu, maha menutup diri. Dia mencintai rasa malu dan
menutup aurat. Menutup aurat, tidak saja dalam ‘laku’ kehidupan di ruang
publik, tetapi juga saat bercinta. [islampos]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar