Menurut Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, penanggulangan HIV/AIDS merupakan salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang belum dapat tercapai dengan penularan yang masih terjadi dan ada pergeseran penularan dari penggunaan jarum suntik narkoba menjadi hubungan seks.
"Saat ini penggunaan kondom menurun sementara orang dengan seks berisiko meningkat," kata Menkes mengenai pergeseran penularan tersebut seperti dikutip Antara News, Jumat (30/11).
"Laki-laki itu penentu, mau pakai kondom atau tidak. Posisi tawar perempuan sangat rendah untuk ini. Ini masalah ketimpangan gender," lanjut Menkes.
Secara tidak langsung Menkes ingin mengatakan bahwa salah satu upaya penggulangan penyakit AIDS adalah dengan penggunaan kondom. Tentu saja kampanye ini adalah menyesatkan.
"Kampanye pemakaian kondom ini pembohongan publik terang-terangan," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Dr dr H Dadang Hawari, Psikiater sehari sebelumnya dalam peluncuran bukunya "Global Effect HIV/AIDS Dimensi Psikoreligi".
Menurut berbagai penelitian, kata Dadang, kondom terbukti gagal untuk mencegah menularnya virus HIV. Secara ilmiah, untuk pencegahan kehamilan saja kondom tidak terbukti aman 100 persen, tetapi hanya mengurangi risiko kehamilan sekitar 20 persen. Apalagi untuk pencegahan virus HIV.
Faktanya, pori-pori kondom sebesar 1/60 mikron, sedangkan ukuran virus 1/250 mikron. Padahal kondom terbuat dari latex (karet) yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan polimerisasi yang berarti mempunyai serat dan pori-pori. Di samping itu proses pembuatan pabrik kondom juga memiliki lubang cacat mikroskopis (pinholes) sebesar 1 mikron.
Artinya, dengan fakta ini, virus HIV tidak bakalan bisa dihadang dengan kondom. "Ini keblinger semua, pasang kondom untuk pencegahan AIDS. Ini untuk menghancurkan umat Islam," tandasnya.
Yang benar, kata dokter yang juga da'i ini, pencegahan penularan HIV/AIDS hanya bisa dilakukan dengan pendekatan agama; tidak melakukan perzinahan, tidak memakai narkoba dan tidak memakai jarum suntik sembarangan. Sehingga kampanye yang harus digalakkan bukan pemakaian kondom, tapi larangan melakukan zina.
"Kalau kampanye kondom itu artinya melegalisasi perzinahan," ungkap pemilik Mental Health Center Hawari & Associates itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar