Jumat, 16 November 2012
Kilas-Balik Gaza 2008: Gaza, Kebohongan Pertama Obama
BOM dan rudal Israel yang terus menggempur langit Gaza sebenarnya bukan hanya kematian dan terror terhadap rakyat Palestina di tahun 2009, tapi juga merupakan sebuah kelanjutan dari rentetan peristiwa berdarah di masa lalu.
Mulai dari tragedi Nakba yang terjadi mulai tahun 1948 sampai perang tahun 1967, invasi Israel ke Lebanon 1982 dan 2006, sampai holocaust di Jenin. Dan serangan Israel ke Gaza pada akhir 2008 dan awal 2009 merupakan bentuk pertama Barack Obama, tentang bagaimana sebuah kebohongan dimulai.
Tidak seperti Presiden AS lainnya yang setidaknya untuk basa-basi mengkritisi Israel, Obama diam seribu bahasa. Kalimat pendeknya ketika itu, “Tewasnya warga sipil Gaza merupakan sumber dari perhatian kita,’ ujar Obama. Lalu, Obama dicerca dan dipandang hina dina, dan dikritik habis-habisan oleh hampir semua orang dan media di negeri itu.
Yang paling buruk adalah komentarnya ketika ia berkampanye di Sderot Juli 2008 silam, “Jika ada yang menghujani roket ke rumah saya, dan ketika itu kedua orang puteri saya tengah tertidur, saya akan melakukan apa yang saya bisa untuk menghentikan mereka,” ucap Obama.
Ucapan ini diartikan sebagai lampu hijau dari Obama bagi Israel untuk melakukan pembantaian di Gaza. Lewat Hillay Clinton—waktu itu masih bersaing dengan Obama untuk jadi Presiden AS—Obama mengatakan, “Saya mengerti dan sangat bersimpati terhadap niat Israel dalam mempertahankan diri dalam situasi seperti ini.”
Banyak pengamat memprediksi bahwa inilah potret sejati dari sang Presiden AS yang baru itu. Ia tak lebih merupakan ‘pion’ baru Zionis-Israel. Apalagi, pos-pos strategis di pemerintahan diserahkan kepada tokoh Yahudi, yang dulu duduk di kabinet Bill Clinton, termasuk Lawrence Summer, yang menduduki posisi sebagai Ketua Dewan Ekonomi Nasional (NEC).
Sebelum menduduki kekuasaannya di Gedung Putih, Obama harus menghadapi kenyataan bahwa puluhan dan bahkan ribuan orang di Kairo, Beirut, Amman, Doha, Paris, Athena , London, Berlin, Paris, Roma, Istanbul, Sydney dan ibokota negara lainnya turun ke jalan, dengan kemarahan yang sama terhadap AS.
Tahun ini, ketika Israel sekarang sedang memborbardir Gaza, tampaknya lagu lama masih akan tetap terdengar dari Amerika. [sa/islampos
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar