Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram,” (QS : At-Taubah :36).
Tahun Baru Islam(awal Hijriah), 1 Muharram bertepatan dengan peristiwa besar ummat Islam yakni Hijrah. Hijrah Rasulullah beserta para sahabat dari kota Makkah menuju kota Madinah (622M).
Tradisi ini senantiasa mengingatkan kepada ummat Islam, terhadap perjuangan panjang Rasulullah dalam mengemban amanah sebagai utusan Allah SWT, membimbing ummat kepada jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT.
Perjalanan menuju kota madinah (hijrah) yang dilakukan ummat Islam yang ketika itu Rasullah SAW dan para sahabat, diantaranya kaum Anshor dan Muhajirin dengan sembunyi- sembunyi di tengah kegelapan malam serta ketakutan yang menyelimuti mereka dari bayangan kaum Quraisy, kaum yang sangat kontra dan tidak setuju dengan adanya risalah Islam.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman : “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS Al-Anfaal Ayat 30).
Ketika bersembunyi dari kejaran kaum Quraisy (dalam gua di bukit Tsur), para sahabat sangat tegang dan ketakutan menghantui. Karena apabila persembunyian mereka diketahui oleh kaum musyrik, tamatlah riwayat mereka, itulah perasaan yang menyelimuti hati para sahabat ketika itu.
Namun dengan tenang Rasulullah berkata, yang ketika itu kepada Abu Bakar.“ Tetapi dijawab oleh Rasulullah SAW, “Wahai Abu Bakar, jangan kamu kira kita hanya berdua saya. Sesungguhnya Allah berserta kita” (Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita) QS At-Taubah ayat 40 (Sirah Nabawiyah oleh Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan Al Buthy, Robbani Press)
Peristiwa hijrah mengigatkan kepada ummat Islam akan arti perjuangan membela agama Allah, perjuangan untuk berpindah dari kegelapan (bathil) menuju kebenaran (haq), dan hal ini menjadi keharusan ketika ummat telah tidak lagi meyakini yang benar itu benar dan yang salah itu tetap salah.
Hanif Hidayatullah dalam Buliran Hikmah Hijrah Rasulullah yang diterbitkan oleh Media Republika mengatakan, banyak sekali nilai, hikmah dan tauladan yang dapat diambil dari peristiwa hijirah Rasulullah SAW dan para sahabat, diantaranya penepatan awal tahun Hijriah yang terinspirasi akan semangat dakwah menegakkan risalah Islam.
Penanggalan Hijriah
Dr. Thomas Djamaludin dalam Konsistensi Historis-Astronomis Kalender Hijriyah, mengatakan penanggalan awal tahun 1 Hijriah dilakukan pada tahun ke 6 setelah wafatnya Rasulullah SAW.
Penanggalan Hijriah ditetapkan pada masa kekhalifahan Umar bin Al-khathab dalam sebuah upaya rasionalisasi sistem penanggalan yang digunakan pada masa pemerintahannya, melihat banyaknya persoalan yang timbul akibat ketidakjelasakan masa awal dari penanggalan Hijriah.
Persoalan penentuan bulan contohnya yang dialami oleh Gubernur Basrah pada masa itu. Al-Baruni menyatakan bahwa Khalifah Umar bin Al-Khathab Menerima Surat dari Gubernur Basrah, dan dalam surat itu tertulis “Kami hingga saat ini telah banyak menerima surat dari para amirul muminin, dan kami sungguh tidak mengetahui pilihan mana yang harus dilaksanakan terlebih dahulu, serta kami telah membaca agenda kegiatan yang bertanggakan Sya’ban, namun kami tidak tahu pasti Sya’ban mana yang dimaksud, apakah Sya’ban yang jatuh pada tahun ini atau Sya’ban pada tahun depan.
Menurut Abu Hasan Al-Atsari dalam bukunya Bidayah wa Nihayah Juz III, Khalifah Umar bin Al-Khathab menjadikan persoalan yang dihadapi Abu Musa Al-Asy’ari itu sebagai suatu persoalan yang penting, dan sebagai penentu kebijakan perlu sekiranya ia membuat ketetepan Kalender yang seragam antara satu sama lainnya agar dapat dipergunakan untuk keperluan admisistrasi dan keperluan ummat dalam kehidupan.
Khalifah Umar bin Khattab mengumpulkan para sahabat dan mengadakan musyawarah untuk menentukan hal apa atau peristiwa apa yang paling tepat sebagai patokan awal tahun Islam tersebut, hingga keluarlah empat opsi : Pertama : Hari Kelahiran Rasulullah SAW sebagai awal tahunn Hijriah, Kedua : Hari Wafatnya Rasulullah SAW, Ketiga : Hari dimana ketika Rasulullah SAW menerima wahyu pertama dan merupakan awal tugas kenabiannya dan yang keempat :Peristiwa Hijrah Rasulullah SAW dan para sahabat dari Makkah ke Madinah.
Dengan ijtihad khalifah dan para sahabat ketika itu, peristiwa Hijrah lah yang menjadi tumpuan akhir, sehingga keputusanpun diambil dengan dengan bijak berasaskan musyawarah, menentukan Hijrah Rasulullah SAW yaitu 1 Muaharram, sebagai peristiwa yang paling tepat untuk mengawali sistem penanggalan Hijriah.
Pada tahun 638 M (17 H), Khalifah Umar bin Khatab menetapkan awal patokan Kalender Hijriah dengan menghilangkan seluruh bulan-bulan tambahan (interkalasi) dalam periode 9 tahun. Tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 , dan tanggal ini bukan berarti tanggal Hijrahnya Nabi Muhammad. Peristiwa Rasulullah SAW terjadi bulan September 622.
Menentukan peristiwa Hijrah sebagai awal dari penaggalan Hijriah mengandung makna historis yang sangat dalam. Imam Sakhawi dalam kitabnya Al-I’laan bi al-tawbikh liman dzamma al-Tarikhmengatakan bahwa bulan Muharram sebagai awal bulan penanggalan Hijriah karena niat Rasulullah SAW untuk berhijrah sudah ada sejak bulan tersebut (Muharram), inilah maka penentuan Hijrah sebagai awal Hijriah adalah sangat tepat, mengingat nilai, hikmah dan tauladan dari peristiwa tersebut.
Dan penanggalan Hijriah mengingatkan kepada seluruh ummat Islam bahwasanya setiap tahun bukanlah kepada kejayaan dan kebesaran Islam namun kepada pengorbanan (Nabi dan sahabatnya) dan mengingatkan mereka agar melakukan hal yang sama.
Identitas Ummat
Sebagai Agama rahmatan lil’alamin, identitas ummat Islam adalah inti utama daripada kemajuan risalah Islam. Identitas inilah yang menujukan eksistensi dan ukhuwah Islamiyah terhadap tantangan peradaban ummat dimasa sekarang dan akan datang.
Sebagai sebuah identitas, penanggalan Hijriyah terlihat dalam system birokrasi dan administrasi umat, karya-karya ilmiah yang dilahirkan oleh ilmuan Islam menggunakan penanggalan Hijriah, hingga saat ini mayoritas umat Islam di beberapa Negara telah menggunakan penanggalan Hijriah.
Inilah awal dari Wacana Kebudayaan dan Peradaban Islam serta perjuangan dalam menegakan risalah Islam, Sehingga transformasi nilai-nilai Hijriah sebagai sebuah identitas ummat sangat penting, dengan mengambil hikmah dan tauladan yang terkandung di balik peristiwa Hijrah yang dijadikan momentum awal perhitungan Tahun Hijriah.
Kita sepakat bahwa penanggalan Hijriah adalah identitas umat oleh karena umat Islam dimana saja, memiliki sejarah yang sama, yaitu sejarah Islam dan sejarah peradaban Islam, agama yang sama yaitu agama Islam, kultur yang sama yaitu kultur Islam dan banyak lagi persamaan antara umat Islam di seluruh dunia.
Selain itu penanggalan Hijriah sebagai era baru pengembangan Islam, mengandung makna spiritual dan nilai historis yang amat tinggi harganya bagi agama dan umat Islam. Sebagai contoh yang dikemukakan oleh Sidi Gazalba dalam bukunya kebangkitan Islam dalam Pembahasan 1979, jalinan ukhuwah yang terjadi antara kaum Anshor dan Muhajirin ketika dalam perjalan Hijrah bersama Rasulullah SAW, Ukhuwah mereka melahirkan integrasi umat Islam yang kokoh dan mereka membuktikan bahwa Ukhuwah Islamiyah bisa membawa ummat Islam jaya dan disegani.
Oleh sebab itu, penggunaan penaggalan Hijriah perlu untuk di terapkan dalam struktur kehidupan ummat Islam, dengan menerapkan pananggalan Hijriah sebagai pedoman individu dan kelompok serta menyelami makna, hikmah, nilai dan tauladan yang terkandung dalam peristiwa Hijrah yang merupakan awal tahun baru Islam (Hijriah), dengan itu identitas ummat akan terjaga dan solid dalam menyongsong peradaban Islam yang bermartabat.
Belajar dari fenomena diatas ummat Islam harus kembali kepada Al-Qur’an, Sunnah dan peristiwa-perstiwa Sejarah Islam, dari sejarah inilah ummat Islam akan menemukan nilai-nilai spiritual dan perjuangan membela agama Allah (An-Nahl ayat 41-42), menjadikan Al-qur’an dan Sunnah sebagai sandaran, Tauhid sebagai tujuan dan Syariah Islamiyah sebagai pedoman hidup dan itulah identitas ummat Islam sebenarnya.
Wallahu A’lam bi Ash-Shawab.
_________
Elvan Syaputra, Peneliti Mizan Institute dan sedang menempuh Master Program Islamic Science University of Malaysia
islampos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar