MUNGKIN judul diatas terkesan provokatif. Tapi saya tidak bermaksud menggiring opini ke arah sana. Disini saya hanya mengungkap beberapa fenomena, yang bagi saya sendiri, terdengar aneh bagi negara dengan mayoritas penduduk muslim dan juga terbesar didunia.
Akhir-akhir ini marak isu teroris, terutama penangkapan para pelaku terduga teroris setelah terjadinya peristiwa pembunuhan polisi di Poso. Yang menarik adalah beberapa scene pemberitaan yang diangkat media massa justru memojokkan Muslim sebagai pelakunya. Di salah satu televise swasta, berita penangkapan teroris ini diwarnai penayangan kaligrafi di salah satu dinding rumah pelaku. Pertanyaannya, kenapa..?? apakah berita itu ingin menunjukan bahwa setiap muslim yang memiliki kaligrafi di dinding rumahnya adalah teroris..?? mungkin tidak se ekstrim itu.. tapi efek penayangan berita itu berakibat fatal dan secara tidak langsung menuduh muslim=teroris. Belum lagi, alat bukti yang diangkat adalah buku jihad. Lagi-lagi ini adalah hal yang rancu, karena semua orang yang mengaku dirinya muslim pasti punya buku tentang jihad.
Saya sendiri masih ingat, fitnah yang sempat menggegerkan twitter. Berasal dari pemberitaan sebuah televisi swasta yang mengatakan sarang teroris adalah rohis. Jelas ini adalah fitnah, sampai berujung tuntutan minta maaf ke media tersebut. Namun lagi-lagi efek yang timbul dari pemberitaan ini sangat merugikan, opini yang terbentuk adalah “setiap anggota rohis berpotensi menjadi teroris” alhasil, banyak orang tua yang ketakutan, dan menjadi fobia akan rohis, dan mulai melarang dan tidak mendukung anak-anaknya ikut rohis. Padahal, coba bandingkan, lebih baik mana yang tawuran atau anggota rohis..??
Jika diatas bercerita tentang teroris dan segala upaya penggiringan opininya. Berbeda dengan kasus save maryam, ini adalah gerakan penyelamatan umat muslim dari upaya pemurtadan misionaris di Indonesia yang mencapai angka 2 juta per tahunnya. Uniknya, save maryam beranggotakan muslim dari luar negeri, seperti Nigeria, Inggris, dan negara-negara lainnya, kabar terakhir mereka sudah sampai ke Indonesia melalui Irene Institute. Lagi-lagi parahnya, umat muslim Indonesia tidak ada yang menyadari proses pemurtadan ini.
Fenomena selanjutnya, adalah Islam Liberal. Ini adalah sebuah aliran Islam yang mengusung kebebasan berfikir. Lagi-lagi ini adalah aliran yang menyesatkan, karena berani bahkan dengan lantang mengeluarkan fatwa-fatwa yang bertentangan dengan Al-Quran, bahkan mereka berani mempertanyakan kebenaran Al-Qur’an. Banyak tokoh dari Islam Liberal ini, sebutlah Ulil Abshar Abdallah, Zuhairimisrawi, Guntur ramli, dan lain sebagainya. Kebanyakan mereka adalah dosen dan kaum terpelajar, yang artinya penyebarannya pun lebih ke kalangan-kalangan terpelajar, seperti mahasiswa. Mereka mengemas pemikiran-pemikirannya dengan konsep berfikir logika dan dengan ilmiah, mengesampingkan aqidah.
Terakhir adalah fenomena hedonisme. Bagaimanapun juga, kita tidak bisa menutup mata, generasi muda sekarang, dizaman ini, mereka terbuai budaya hedonis, mengagung-agungkan kekayaan, kecantikan, kepopuleran, tanpa segan mereka menjadikan artis-artis sebagai idola. Hasilnya, adalah kehilangan jati diri, kehilangan visi untuk apa mereka hidup, kehilangan roh sebagai seorang muslim. Mereka lebih senang mengikuti trend, mengikuti tingkah pola sesat artis, terbuai mimpi budaya hedonis. Mereka lupa dengan panutan sejati umat Muslim, Rasulullah.
Itu hanya sebagian, belum lagi berbicara masalah politik, ekonomi yang berbau riba, dan peredaran makanan haram. Saatnya menarik nafas panjang.
Penulis adalah seorang aktifis dakwah, beliau juga aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial dan sekarang program sosial yang sedang digarapnya adalah Yatim Kita.islampos.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar