Jumat, 07 Desember 2012

Sukses Itu Bukan Hanya Materi dan Prestasi

Dalam pandangan kebanyakan orang menilai suatu kesuksesan seseorang berdasarkan kekayaan atau harta yang dimiliki dari pekerjaan yang sedang dijalani. Kebanyakan orang juga menilai suatu kesuksesan berdasarkan prestasi yang telah diraih di kompetisi-kompetisi yang telah diikuti. Inilah yang sering dijadikan ukuran kesuksesan dalam pandangan banyak orang. Padahal penilaian terhadap suatu kesuksesan tidaklah sesempit itu.

Dalam kehidupan bermasyarakat, penilaian kesuksesan adalah mereka yang hidupnya bermanfaat dan berguna bagi kemashlahatan masyarakat.

Dalam dunia pendidikan, terciptanya penemuan-penemuan atau pengetahuan baru yang mencerdaskan kehidupan juga dapat dikatakan sebagai suatu kesuksesan.
Dalam dunia olahraga, bermain dengan menjunjung sportifitas tinggi dapat pula dikatakan sebagai sebuah kesuksesan yang dapat dibanggakan.

Bagi seorang penulis, kesuksesan adalah ketika tulisan / karya yang dibuat menarik perhatian orang banyak untuk menghargai dan dapat mengambil hikmah dan manfaat dari karya yang dihasilkan.

Bagi seorang dokter, kesuksesan adalah ketika ia mampu mengobati pasien dengan baik, dengan prosedur yang tepat, hingga dapat meyembuhkan si pasien.

Dalam agama, penilaian kesuksesan adalah orang yang taat pada aturan-aturan Allah Ta'ala dan Rasul-Nya, memberikan banyak manfaat bagi sesama mahluk hidup, beriman, dan beramal shaleh.

Seperti dijelaskan dalam Al-Qur'an Surah Ali-Imran ayat 104,
"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (sukses).

Rasulullah pun mencontohkan kesuksesan yang beliau raih di dunia, yang telah mencatatkan raihan cemerlang dan gemilang jauh sebelum beliau diangkat sebagai Rasul Allah. Rasulullah tercatat pernah bahkan sering mendamaikan berbagai perselisihan. Raihan itu merupakan salah satu kesuksesan yang beliau raih di dunia.

Tanah Arab yang dikenal dengan ketandusannya secara sosiologis melahirkan karakter yang keras, sehingga sering terjadi konflik antar suku, antar kafilah dan antar keluarga. Beliau tercatat menjadi negosiator yang mendamaikan berbagai perselisihan, dan dalam catatan sejarah kenabiannya, beliau mampu mendamaikan perselisihan antar suku ketika pemugaran Ka’bah dan penempatan kembali Hajar Aswad.

Apa yang diraih Rasulullah seakan menjadi gambaran kalau parameter atau ukuran kesuksesan tak hanya materi dan prestasi. Tapi kebermanfaatan dan kemashlahatan terhadap orang lain dengan apa yang kita raih juga menjadi ukuran penting kesuksesan kita di dunia.

Dari gambaran di atas, tersampaikan begitu banyak perbedaan pandangan mengenai kesuksesan, jadi masihkah anda menilai suatu kesuksesan hanya berdasarkan harta benda yang dimiliki maupun berdasarkan kumpulan-kumpulan piala atas prestasi yang diraih?

Faqih Rusydan
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadajaran, dan Peserta Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS) Nurul Fikri.[suara-islam.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar