Jumat, 07 Desember 2012

Logika Dangkal & Ashobiyah: NU Terlupakan ROHIS Dikambinghitamkan

Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya mengecam pernyataan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar yang melecehkan ROHIS sebagai organisasi pelajar yang radikal dan culun-culun.
Menurutnya Muhaimin telah mengkambinghitamkan ROHIS ditengah kegalauan NU yang makin dilupakan generasi muda Islam.
“Muhaimin telah mengkambinghitamkan ROHIS dengan stigma negatif dan melecehkannya di tengah kegalauan NU yang mulai dilupakan generasi muda Islam hari ini. Bahkan kemudian menjadi alasan perlunya membenahi pendidikan di Indonesia yang dianggap rusak karena eksistensi ROHIS di sekolah-sekolah. Pandangan ini jelas ngawur dan tidak relevan,” ungkapnya kepada voa-islam.com, melalui pesan singkat, pada Kamis (6/11/2012).
Ia menegaskan bahwa pernyataan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu berasal dari logika yang dangkal dan sikap ashobiyah.
“Ini logika yang dangkal dan berangkat dari paradigma ashobiyah sempit (fanatisme golongan) yang sangat dibenci oleh Islam. Muhaimin panik kalau remaja dan pemuda lebih condong kepada Islam daripada kepada golongan semacam NU,” tegasnya.

...Muhaimin telah mengkambinghitamkan ROHIS dengan stigma negatif dan melecehkannya di tengah kegalauan NU yang mulai dilupakan generasi muda Islam hari ini
Sikap ashobiyah Muhaimin Iskandar itu, sambung Harits, juga bisa merusak ukhuwah Islamiyah dengan membentuk dikotomi di tengah umat.
“Ini jelas sekali menunjukkan Muhaimin adalah termasuk corong-corong ashobiyah yang merusak ukhuwah Islamiyah dengan membuat dikotomi radikal, moderat dan semisalnya,” imbuhnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kongres Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) XVII dan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) XVI, Muhaimin Iskandar telah memberikan stigma negatif terhadap ROHIS dengan menyatakan bahwa organisasi pelajar itu radikal dan culun.
"Siswa-siswi SMA kita kini tidak kenal NU, kenalnya Rohis, yang hasilnya radikal dan culun-culun itu. Oleh karena itu mari kita benahi pendidikan, modalnya adalah percaya diri. Kalau tidak percaya diri jangan pernah ngaku jadi anak buah KH. Hasyim Ashari dan Gus Dur yang kokoh dan berani," kata Muhaimin di Asrama Haji Palembang, Minggu (2/12/2012). [Ahmed Widad/voa-islam.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar