Merupakan
dambaan bagi setiap mukmin sejati memiliki sebuah keluarga qurani.
Keluarga yang didalamnya selalu ramai dengan suara quran. Didalamnya
tidak pernah sepi dari aktifitas qurani. Membacanya,
menghafalnya,mentadabburinya,mengamalkannya.Ibu, bapak, anak – anak,
mertua, orang tua, bahkan khodimatpun (pembantu) ikut terlibat
meramaikan suasana rumah dengan Al Quran. Indah. Sangat indah.
Keindahannya digambarkan oleh sebuah ungkapan indah dari seorang
sastrawan sekaligus mujahid dakwah syekh sayyid qutb rohimahullah.
Alhayyah fi zilalil quran ni'mah, ni'matun laa ya'rifuha illa man
dzaaqoohaa. "hidup dibawah naungan alquran begitu nikmat, kenikmatannya
tidak pernah dirasakan kecuali oleh orang-orang yang pernah
merasakannya. Dan kitapun ingin merasakannya. Kita begitu mendambakan
bisa meraih kenikmatan alquran bukan hanya sendirian, namun orang-orang
terdekat kitapun bisa merasakannya. Begitu banyak gambaran
emas yang berserakan yang menggambarkan kesukesan keluarga qurani.
Merekalah yang menginpirasi kita untuk menduplikasikan kesuksesan mereka
dalam membentuk keluarga qurani. Kita simak resep mereka dalam
membentuk keluarga qurani.
1. Membangun visi
Modal
awal untuk membentuk keluarga qurani adalah mempunyai visi qurani.
Bagaimana menghadirkan di dalam otak kita bahwa al quran itu adalah cita
cita keluarga, sumber kebahagiaan itu adalah alquran, sukses itu adalah
jika ada diantara anggota keluarga kita penghafal alquran. Yang
memegang peranan penting untuk membangun visi ini adalah seorang
pemimpin tertinggi dikeluarga yaitu suami. Suami membangun visi, istri
yang menerjemahkannya dilapangan. Maka sangat tepat jika ibu dikatakan
sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya. Tentu saja dengan dukungan
suami yang totalitas sebagaimana orang orang terdahulu mencontohkannya.
Seperti ayahanda dari imam syafii, sebelum pulang kerahmatullah beliau
menunaikan kewajibannya untuk mentarbiyah istrinya. Sehingga semua 'isi
kepala' sang suami sudah di copy paste ke kepala sang istri. Setelah
kepergian suaminya, sang ibulah yang mengambil peran utama mentarbiyah
seorang anak yang masih belia hingga berhasil menjadikannya orang besar
dan imam bagi ummat.
2. Sinergi
Cita
cita besar membentuk keluarga qurani tidak mungkin terwujud jika
dilakukan oleh single fighter. Sendirian. Tidak ada amal jamai. Suami
bersemangat menerapkan aktifitas qurani, istri tidak mendukung. Atau
sebaliknya istri semangat, suaminya malah menghambat. Jika ini
kondisinya mustahil cita cita besar membentuk keluarga qurani dapat
terwujud. Semua pihak harus bersinergi untuk mensukseskan program qurani
yang telah dibuat. Entah suami,istri,anak,mertua,orangtua,tetangga semua harus terlibat mensukseskannya. Kalau tidak mau mendukung, minimal jangan menghambat dan menghalangi cita-cita besar ini.
3. Jadikan Rumah = Masjid
Keberhasilan
membina sebuah keluarga qurani sangat ditentukan oleh kondisi
lingkungan. Terutama lingkungan yang terdekat dengan kita yaitu rumah.
Jadikan rumah kita sebagai sumber ilmu dan ibadah. Ibarat sebuah masjid,
didalamnya selalu dipenuhi dengan nuansa ilmiyah dan ubudiyah.
Hari-harinya dihiasi dengan indahnya mendirikan solat, tilawah al quran,
membaca buku, tausiyah, berlomba dalam kebaikan dan prestasi. Jangan
jadikan rumah kita ibarat kuburan. Sepi, angker, banyak syetan. Karena
didalamnya jarang terdengar suara Quran, justru lebih sering terdengar
suara musik dangdutan. Jika kita perhatikan, diantara kesuksesan orang
orang besar ternyata lebih didominasi oleh keberhasilan pendidikan di
dalam rumahnya. Bagaimana suasana Baytiii Jannatii 'Rumahku surgaku'
benar-benar bisa dirasakan. Masing-masing anggota keluarga sangat
merindukan untuk pulang kerumah dengan suasananya yang nyaman dan
tenteram. Ketika keluar rumah sudah mempersiapkan imunitas diri agar
bisa mempertahankan nilai kebaikan. warnaislam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar