Minggu, 30 Desember 2012

Mengapa Mengucapkan Selamat dan Merayakan ‘Tahun Baru’ Haram?


Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, wa ba’du…
Pertama, dengan memahami sejarah munculnya perayaan tahun baru kita bisa memastikan bahwa tahun baru Masehi sejatinya termasuk bagian perayaan orang non-Muslim dan masih satu rangkaian dengan kegiatan mereka selama Natal. Keterangan tentang ini telah dikupas dalam artikel‘Tahun Baru Masehi: Hari Raya Orang Kafir’.
Kedua, kaidah baku yang kita pahami, kita dilarang untuk turut merayakan atau memberi ucapan selamat atas perayaan hari raya orang kafir. Ibnul Qoyim mengatakan:
وأما التهنئة بشعائر الكفر المختصة به فحرام بالاتفاق، مثل أن يهنئهم بأعيادهم وصومهم، فيقول: عيد مبارك عليك، أو تهنأ بهذا العيد ونحوه
“Memberi ucapan selamat terhadap salah satu syiar orang kafir hukumnya haram dengan sepakat ulama. Semacam memberi ucapan selamat kepada mereka dengan hari raya mereka atau puasa mereka. Semisal mengucapkan, hari raya yang diberkahi untukmu, atau memberi ucapan selamat dengan hari raya tersebut dan semacamnya.”
Selanjutnya, Ibnul Qoyim menjelaskan alasannya:
فهذا إن سلم قائله من الكفر فهو من المحرمات، وهو بمنزلة أن تهنئه بسجوده للصليب، بل ذلك أعظم إثما عند الله، وأشد مقتا من التهنئة بشرب الخمر وقتل النفس، وارتكاب الفرج الحرام ونحوه
“Yang demikian itu, karena jika orang yang memberi ucapan selamat tersebut menerima perbuatan kekafiran, maka itu termasuk perbuatan yang haram. Statusnya sebagaimana memberikan ucapan selamat kepada orang kafir karena sujud kepada salib. Bahkan ucapan selamat untuk perbuatan semacam ini, lebih besar dosanya dan lebih Allah murkai, daripada memberikan ucapan selamat untuk orang yang minum khamr atau berzina atau dosa besar lainnya,” (Ahkam Ahlu adz-Dzimmah, 1:441).
Memberikan ucapan selamat terhadap hari raya orang kafir statusnya haram sebagaimana yang dijelaskan Ibnul Qoyim, karena memberikan ucapan selamat sama dengan mengakui syiar orang kafir dan ridha terhadap kegiatan keyakinan mereka. Meskipun dia sendiri tidak mau untuk melakukan perbuatan kekafiran tersebut. Namun setiap Muslim haram untuk menyetujui syiar kekafiran dan memberi ucapan selamat  non-Muslim dengan perayaan tersebut. Karena Allah tidak ridha dengan kekafiran itu. Allah berfirman:tahun baru masehi-mengapa dilarang merayakannya-jpeg.image
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu…,” (QS Az-Zumar: 7).
(Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin, 3:29).
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)

Minggu, 23 Desember 2012

Hah! Ada Plasenta Bayi di Dalam Obat-obatan dan Produk ini


Bayi baru lahir selalu membawa organ bawaan dari dalam rahim ibunya berupa plasenta atau ari-ari. Organ ini berfungsi sebagai saluran pemberi nutrisi dari ibu ke bayi. Karena sudah tak terpakai, plasenta pun dibuang. Tapi ada juga orang yang malah menggunakannya untuk tujuan lain.

Browser anda tidak mendukung iFrame

Plasenta menghubungkan antara janin dengan dinding rahim untuk jalan masuknya nutrisi, membuang limbah dan pertukaran gas melalui suplai darah ibu. Oleh karena itu, organ ini kaya akan hormon dan protein dan digunakan sebagai bahan tambahan beberapa obat.

Seperti dilansir Smashing List, Jumat (21/12/2012), berikut adalah beberapa obat atau produk yang dicampur dengan plasenta.

1. Obat Kanker dan Tumor
Baru-baru ini, penyakit mirip tumor yang bernama sarkoma Kaposi muncul pada pasien AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes dan dapat diobati dengan ekstrak plasenta. Sarkoma Kaposi adalah penyakit sistemik yang dapat muncul dibarengi bentol-bentol pada kulit. Pengobatan plasenta juga ditemukan bermanfaat untuk mengatasi tumor pada pria lanjut usia bernama benign prostatic hyperplasia.

2. Obat Stamina Pria
Ekstrak plasenta rusa kabarnya paling ampuh meningkatkan energi dan stamina pria. Secara kimiawi, plasenta rusa juga dianggap paling mirip dengan plasenta manusia. Dalam bentuk kapsul ataupun segar, plasenta rusa diyakini merupakan sumber nutrisi dan kaya faktor pertumbuhan.

Orang yang menopause dan impotensi bisa mendapatkan manfaat dari plasenta segar. Gairah seks, daya tahan lebih dan vitalitas dapat diperkuat sehingga hubungan seks juga lebih memuaskan. Ekstrak plasenta juga digunakan oleh binaragawan selama atau setelah menggunakan steroid untuk membantu menjaga fungsi testis.

3. Obat Anti Depresan
Apabila terapi konvensional tidak manjur atau justru malah berakibat negatif, ekstrak plasenta berguna untuk mengatasi depresi ringan atau sedang. Anti depresan dari plasenta juga berguna dalam pengobatan penyakit Parkinson.


4. Terapi Stem Cell
Terapi stem cell adalah teknik menumbuhkan sel-sel tubuh yang baru menggunakan sel induk. Sel ini bisa diperoleh dari plasenta atau janin bayi yang mengalami keguguran. Terapi sel induk plasenta sudah diteliti selama lebih dari 20 tahun, tetapi dampaknya baru dipahami akhir-akhir ini.

Terapi ini dapat digunakan dalam pengobatan berbagai jenis penyakit auto imun seperti osteoarthritis, arteriosclerosis sistemik dan penyakit kronis lainnya.

5. Obat Anti Obesitas
Senyawa hCG (human choriogonadotropin) dari plasenta ternyata dapat meluruhkan lemak. Sebuah penelitian menemukan bahwa pemberian senyawa tersebut secara oral dapat mengurangi jumlah lemak tubuh yang tertimbun di bawah kulit. Karena peningkatan lemak tubuh dapat memicu obesitas, senyawa ini pun digunakan untuk mencegah dan mengatasi obesitas.

6. Obat Cedera
Plasenta kuda digunakan untuk menyembuhkan cedera olahraga, yaitu cedera otot dan ligamen. Pesepakbola Robin Van Persie pernah mengalami cedera dan didiagnosa mengalami kerusakan ligamen pada pergelangan kaki. Dokter memperkirakan butuh waktu 4 minggu agar dapat pulih.

Kabarnya, Van Persie lalu menemui dokter Serbia bernama Marijana Kovacevic yang mempraktikkan terapi plasenta kuda. Sediaannya bisa bermacam-macam seperti dalam bentuk kapsul, cairan, bubuk, krim hingga salep.

7. Produk Minuman
Sejumlah minuman yang disebut-sebut bermanfaat untuk kesehatan menggunakan plasenta sebagai bahannya. Perusahaan bernama Plantec Co di Jepang membuat minuman yang disebut 'Minuman Plasenta' yang berisi plasenta.

Perusahaan ini mengklaim bahwa produknya yang dijual dengan rasa apel tersebut merupakan minuman yang menggunakan bahan baku plasenta dan berkhasiat meningkatkan metabolisme tubuh.

8. Produk Perawatan Rambut
Plasenta juga digunakan dalam produk perawatan rambut seperti shampoo, conditioner dan lotion rambut. Fungsinya diyakini amat bermanfaat untuk mencegah kerontokan. Kandungan protein di dalamnya akan memperkuat rambut dan membuatnya tampak berkilau.

9. Produk Anti Penuaan
Banyak perusahaan kosmetik yang menjual produk perawatan kulit mengandung ekstrak plasenta hewan. Yang paling umum digunakan adalah plasenta domba. Fungsinya diyakini sebagai sumber protein dan hormon, terutama estrogen dan progesteron.

Plasenta domba dianggap sebagai sumber nutrisi yang sangat bermanfaat bagi kulit dan meremajakan kulit. Terlepas dari sifat anti penuaannya, plasenta domba memiliki banyak manfaat seperti membantu mengatasi munculnya bintik-bintik hitam dan pigmentasi kulit, serta mengencangkan kulit.

10. Tradisi
Walau menjijikkan, beberapa daerah memiliki tradisi memakan plasenta sejak bertahun-tahun yang lalu, misalnya di Cina dan Hongkong. Plasenta diyakini memiliki kekuatan atas kehidupan bayi atau orang tuanya. Mungkin juga dikonsumsi karena mempertimbangkan kandungan gizinya.

Lagipula, ada banyak spesies mamalia yang memakan plasenta atau disebut placentophagy. Orang-orang yang mempraktekkan placentophagy percaya bahwa memakan plasenta dapat mencegah depresi setelah melahirkan dan komplikasi kehamilan lainnya.

[detik.com]







Bisakah Suatu Fatwa Dicabut?(HAMKA)

Ketika browsing di internet saya menemukan suatu artikel pada halaman Hidayatullah
mengenai tanggapan Buya HAMKA atas fatwanya yang mengharamkan mengucapkan selamat natal, artikel ini pernah dimuat di rubrik "Dari Hati Ke Hati" Majalah Panji Masyarakat No 324 tahun 1981
.



Marilah kita ikuti tulisan BUYA berikut ini:


Motto:
Biarkanlah saya menyebut apa yang terasa;
Kemudian tuan bebas memberi saya nama dengan apa yang tuan sukai;
Saya adalah pemberi maaf, dan perangai saya adalah mudah, tidak sulit.
Cuma rasa hati sanubari itu tidaklah dapat saya menjualnya;
Katakanlah kepadaku, demi Tuhan.
Adakah rasa hati sanubari itu bisa dijual?
Sudah agak lama dibicarakan di kalangan masyarakat tentang apa yang dinamai Natal Bersama. Pemerintah Republik Indonesia di bawah pimpinan Presiden Suharto sejak mulai berdirinya Majelis Ulama Indonesia, selalu menganjurkan agar di Indonesia terdapat Kerukunan Hidup Beragama. Dan kepada Presiden Suharto sendiri pada tanggal 21 September 1975 penulis ”dari hati ke hati” ini, yang baru 20 hari menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia teah menerangkan di hadapan kurang lebih 30 orang Utusan Ulama yang hadir, bahwa Islam mempunyai konsepsi yang terang dan jelas di dalam surat Al-Mumtahinah ayat 7 dan 8, bahwa tidak dilarang oleh Al-Qur’an orang Islam itu hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Orang Islam disuruh berlaku adil dan hidup rukun dengan mereka asal saja mereka itu tidak memerangi kita dan mendesak kita untuk keluar dari tanah air kita sendiri.

Artinya sejak MUI berdiri dia telah menerima anjuran pemerintah tentang kerukunan hidup beragama. Dan ini telah berjalan baik. Tetapi belum ada patokan dan batas-batas tentang mana yang akan kita rukunkan dan mana yang akan kita damaikan.

Maka timbullah soal Natal, lebih jelas lagi tentang ”Natal Bersama”.

Apa arti bersama?

Bolehkah orang Islam bersama orang Kristen merayakan Hari Natal? Demi kerukunan hidup beragama? Dan tentu ada orang yang ingin bertanya: Bolehkah orang Kristen-demi kerukunan hidup beragama merayakan pula hari Raya ’Idul Fitri dan Idul ’Adha dengan ummat Islam?

Kalau direnungi lebih dalam, hari Natal bagi orang Kristen ialah memperingati dan memuliakan kelahiran Yesus Kristus yang menurut kepercayaan Kristen Yesus itu adalah Tuhan dan anak Tuhan. Dia adalah SATU dari TIGA TUHAN atau TRINITAS. Bila orang Islam turut sama-sama merayakannya, bukanlah berarti meyakini pula bahwa Yesus itu adalah Tuhan, atau satu dalam yang bertiga, atau tiga oknum dalam satu.

Ketika orang merayakan Natal, dilakukanlah beberapa upacara (rituil) yang di dalam bahasa Islam disebut ibadat. Membakar lilin, memakan roti yang dianggap bahwa ketika itu roti tersebut adalah daging Yesus, dan meminum air yang dianggap sebagai darah Yesus.

Ketika terjadi Munas MUI di Cipayung 1979 utusan MUI dari Ujung Pandang membawa berita bahwa kaum Kristen di sana menjelaskan kepada pengikut-pengikutnya bahwa Peringatan Natal adalah ibadat bagi mereka. Sudah lama hal ini diperbincangkan dalam kalangan kaum Muslimin. Tidak ada orang yang menyadari kehidupan beragama yang tidak meragukan halalnya orang Islam turut bersama orang Kristen menghadiri hari Natal, meskipun tidak ada pula orang Islam yang menolak anjuran kerukunan hidup beragama, dan orang Kristen pun belum pernah pergi bersama ber-Hari Raya ’Idul Fitri dan ’Idul Adha ke tanah lapang atau mesjid. Dengan demikian bukanlah berarti bahwa mereka (orang Kristen) tidak hidup rukun dengan orang Islam.

Sebab itu dapatlah kita fahami bahwa Menteri-menteri Agama sejak Indonesia Merdeka menyuruhkan saja pegawai-pegawai Tinggi yang beragama Kristen menghadiri secara resmi hari-hari peribadatan Kristen, Natalnya, Paskahnya dan lain-lain, pegawai tinggi Katolik untuk menghadiri hari Ibadat Katolik, dan pegawai tinggi Protestant untuk menghadiri hari ibadat Protestant, dan demikian pula dengan pegawai tinggi dari kalangan yang beragama Budha. Dan dengan demikian sekali-kali tidak berkurang rukunnya kita hidup beragama.

Sejak Juli 1975 MUI berdiri dianjurkan kerukunan hidup beragama. Pihak Islam menerima anjuran itu dengan baik. Tetapi terus terang kita katakan bahwa bagaimana batas-batas kerukunan itu, belum lagi kita perkatakan secara konkrit!

Maka terjadilah di Jawa Timur, adanya larangan dari Kanwil P dan K menyiarkan satu karangan yang menerangkan ’aqidah orang Islam, bahwa Allah itu tidak beranak dan tidak diperanakkan. Arti ayat Lam yalid walam yuulad ini dilarang beredar, dengan alasan bahwa karangan ini berisi satu ayat yang bertentangan dengan kerukunan hidup beragama.

Sekarang keluar FATWA dari ulama-ulama, bukan dari Majelis Ulama saja, melainkan disetujui juga oleh wakil-wakil dari Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan perkumpulan-perkumpulan Islam lainnya, bahkan juga dari Majelis Da’wah Islam (yang berafiliasi dengan Golkar) dalam pertemuan itu timbul kesatuan pendapat bahwa orang Islam yang turut dalam perayaan Natal itu adalah mencampuradukkan ibadat, menyetujui aqidah Kristen, menyatakan Nabi Isa Almasih ’alaihissalam sebagai Tuhan.

Dan di dalam logika tentunya sudah dapat dipahami, bahwa hadir di sana ialah menyatakan persetujuan pada ’amalan iu, apatah lagi jika turut pula membakar lilin, sebagai yang mereka bakar, atau makan roti yang menurut `aqidah Kristen jadi daging Yesus, dan air yang diminum menjadi darah Yesus! Maka orang Islam yang menghadirinya itu oleh ayat: (Barangsiapa menyatakan persetujuan dengan mereka, termasuklah dia dalam golongan mereka) (Al-Maidah: 51).

Apakah konklusi hukum dari yang demikian itu, kalau bukan haram?

Maka bertindaklah ”Komisi fatwa, dari Majelis Ulama Indonesia, salah seorang ketua Al Fadhil H.Syukuri Gazali merumuskan pendapat itu dan dapatlah kesimpulan bahwa turut merayakan Hari Hatal adalah Haram!”

Masih lunak. Karena kalau diperhatikan isi ayat Al-Maidah 51 itu, bukan lagi haram, bahkan kafir.

Oleh karena saat ini benar-benar mengenai aqidah, tidaklah soal ini didiamkan. Tanggung jawab sebagai ulama menyebabkan para ulama merasa berdosa kalau hal ini didiamkan saja. Yth Menteri Agama mengetahui hal ini. Beliau meminta supaya hasil fatwa dikirim kepada beliau untuk menjadi pegangan. Tetapi karena memandang fatwa ini adalah menyinggung tanggung jawab Majelis Ulama seluruhnya, keputusan tersebut dikirim kepada cabang-cabang tingkat I (Propinsi) seluruh Indonesia.

Di sinilah timbul kesalahpahaman diantara Pimpinan Majelis Ulama dengan Yth Menteri Agama. Mengapa fatwa itu telah tersiar luas, padahal mestinya disampaikan kepada Menteri Agama saja.

Surat-surat kabar harian Jakarta banyak minta agar merekapun diberi peluang turut menyiarkan Keputusan itu seluas-luasnya, karena ini adalah kepentingan ummat seumumnya. MUI belum memberikan. Tetapi ada surat kabar mendapat naskah keputusan itu, lalu menyiarkannya. Tetapi besoknya setelah keputusan itu termuat, datanglah berita dari kami, yaitu saya sendri dan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji (H. Burhani Cokrohandoko) dalam kedudukannya sebagai sekretaris Majelis Ulama menarik kembali fatwa itu dari peredaran, sekali lagi dari peredaran.

Di sinilah terjadi suatu reaksi yang hebat. Bertubi-tubi datang pertanyaan kepada diri saya sendiri, sebagai Ketua Umum dari Majelis Ulama Indonesia, mengapa fatwa itu dicabut? Apakah saya begitu lemah, kehilangan harga pribadi, ataukah saya tidak setuju dengan keputusan itu? Apakah bagi saya halal merayakan Hari Natal atau hari-hari besar agama-agama lain, jika dirayakan bersama oleh umat Islam?

Di sini saya menjelaskan pendapat saya, bahwa fatwa Majelis Ulama itu tidaklah hilang kebenaran dan kesah-annya, meskipun dia dicabut dari peredaran.

Dan saya sendiri pribadi telah pernah menulis di dalam Majalah yang saya pimpin ”Panji Masyarakat” menyatakan haram bagi orang Islam turut merayakan Hari Natal bersama orang Kristen, lama sebelum fatwa yang dicabut dari peredaran itu. Dan di penutup seruan itu saya ajak Kaum Muslimin supaya bersikap tenang menghadapi soal, demi menjaga kerukunan hidup beragama dan menjaga kemurnian aqidah!

Tiga harian memuat seruan saya itu, yaitu Berita Buana, Suara Karya dan Kompas. Kepada ketiganya saya ucapkan terimakasih.

Dengan sabar dan tenang mari kita tilik soal ini. Di dalam membentuk suatu negara, kita selalu menuju yang lebih baik. Bertambah kita melangkah akan kelihatan di mana kekurangan yang harus kita perbaiki. Kita musti melihat soal dari keseluruhan. Dalam mendirikan negara ini kita telah membuat dua gagasan yang baik dan diantara keduanya ada perkaitan.

1. Kerukunan Hidup Beragama
Semua menyetujui gagasan ini. Pihak Islam menyetujui karena Islam sendiri mempunyai konsep yang konkrit dalam hal ini. Tetapi bagaimana pelaksanaannya? Apakah demi kerukunan orang Islam harus menghadiri Hari-hari besar agama lain dan turut beribadat, yaitu ibadat, tapi ibadat yang dikarang-karang sendiri. Orang disuruh rukun, tapi imannya jadi goncang, sebab perbuatannya itu bertentangan dengan ajaran agamanya sendiri. Orang yang lemah imannya takut akan menyebut apa yang terasa dihatinya. Misalnya yang terjadi di Surabaya itu, buku yang menulis ”Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan”. Buku itu dilarang beredar! Sebab merusak kerukunan hidup beragama.

Bagaimana kalau orang Kristen mengatakan Tuhan Yesus? Bolehkah orang Islam menolak dan membantah itu? Itupun tentu dilarang juga, sebab merusak kerukunan hidup beragama! Bahkan kaum Islam tadi dapat pula dituduh tidak berpartisipasi dalam pembangunan!

2. Majelis Ulama Indonesia.
Majelis Ulama Indonesia sudah 6 tahun berdiri. Menjadi hiasan bibir di seluruh Indonesia tentang pentingnya kerjasama Umara dan ulama. Dikatakanlah bahwa tanggung jawab ulama untuk kebahagiaan tanah air sama dengan tanggung jawab umara. Ulama adalah ahli-ahli agama dan umara pemegang-pemegang kekuasaan pemerintah.

Sekarang timbul fatwa ulama itu tentang boleh atau tidaknya Natal bersama yang di dalamnya haris ikut orang-orang Islam. Karena ingat akan tugasnya, disamping melihat kepada pemerintah, diminta atau tidak diminta, maka samalah pendapat semua ulama itu bahwa turut bersama dalam perayaan hari Natal itu adalah haram hukumnya atau Kaum Muslimin.

Maka keluarlah keterangan mencabut beredarnya fatwa itu.

Saya menyatakan pendirian yang tegas: ”Melarang peredaran fatwa itu adalah hak bagi pemerintah. Sebab dia berkuasa! Namun kekuatan fatwa tidaklah luntur, lantaran larangan beredar. Setiap orang Islam yang memegang agamanya dengan konsekwen, asal dia tahu, dia wajib menuruti fatwa itu. Bertemulah di sini hal yang belum kita fikirkan selama ini, yaitu perlainan penilaian ulama dengan umara, dalam hal yang mengenai aqidah. Umara merasa punya kekuasaan menyuruh cabut peredaran itu.

Ulama merasa dia bertanggung jawab sebagai ahli-ahli agama meneruskan isi fatwanya.

Dan ulama pun sangat sadar bahwa dia tidak mempunyai kuasa buat menantang pencabutan peredaran itu. Sebagai warga negara dia akan patuh kepada kekuasaan pemerintah. Tetapi kekuasaan pemerintah pun belumlah mempunyai hak memaksa orang pergi menghadiri upacara agama lain yang harus dikerjakan bersama. Karena ini adalah kerukunan yang dipaksakan.

Penulis teringat ketika Majelis Ulama Indonesia mulai didirikan (Juli 1975) seorang muballigh muda H. Hasyim Adnan bertanya: ”Apa sanksinya kalau pemerintah nanti tidak mau menjalankan suatu keputusan dari Majelis Ulama?”

Saya jawab: ”Tidak ada sanksi yang dapat kita pergunakan. Kita sebagai ulama hanya berkewajiban melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Kewajiban kita di hadapan Allah hanya menyampaikan dengan jujur apa yang kita yakini. Ulama menerima waris dari Nabi-nabi. Sebab itu kita warisi juga dari Nabi-nabi itu penderitaan dan penghinaan. Sanksi orang yang menolak kebenaran yang kita ketengahkan bukanlah dari kita. Kita ini hanya manusia yang lemah. Yang memegang sanksi adalah Allah Ta’ala sendiri.”

Namun demikian sebagai kita uraikan di atas tadi, kita adalah menuju yang lebih sempurna. Kita masih belum terlambat buat menyelidiki, apakah kedudukan umara dan ulama itu masih diikat oleh rasa ukhuwah Islamiyah? Tegak dalam hak dan kewajiban masing-masing? Atau Ulama hanya lebai-lebai yang dipanggil datang, disuruh pergi, ditegah berhenti? Dan kalau rapat akan ditutup dia bisa dipanggil: ”Kiyahi! Baca do’a”.

Begitu juga boleh! Mari kita cari ulama-ulama yang semacam itu: ”mudah-mudahan masih ada!”

Di permulaan karangan ini saya salinkan sebuah syair Arab yang maksudnya begini: ”Biarkanlah saya menyebut apa yang terasa di hati. Setelah yang terasa itu saya sebut, tuan bebas memberikan beberapa penilaian.”

Cuma satu yang saya tidak bisa, yaitu membenam saja suara hati nurani, diam saja dalam 1000 bahasa, sehingga pendirian yang sejati tidak dapat disebut. Ini bisa jadi penyakit! Inilah barangkali yang disebut ungkapan ”Makan hati berulam jantung.” Hati sendiri yang dimakan, jantung sendiri dijadikan ulam.

Rasa hati sanubari itu tidak dapat dijual dan tidak dapat dibeli. Apa yang terasa di hati, itulah yang dikeluarkan, dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada barangsiapa yang patut dihormati. (HAMKA).

Jumat, 21 Desember 2012

MUI: Haram Ikut Ritual Natal dan Ucapkan Selamat Natal

Majelis Ulama Indonesia (MUI) kembali mengimbau dan menegaskan kepada umat Islam untuk tidak mengikuti ritual Natal, serta melarang memberi ucapan selamat Natai.
“Ya kalau soal Natal, MUI mengimbau agar umat Islam tidak mengikuti ritual Natal. Tetapi harus menjaga kerukunan dan toleransi,” kata Ketua MUI Pusat Bidang Fatwa Ma’ruf Amin di Kantor LPPOM MUI, Jalan Proklamasi No 51 Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (19/12/2012).
MUI telah melarang umat Islam mengikuti ritual Natal, seperti yang telah tercantum di fatwa MUI. Fatwa MUI itu dikeluarkan pada tahun 1981 saat Prof. Dr. Buya Hamka menjabat sebagai ketua.
Isi fatwa tersebut terfokus pada haramnya mengikuti kegiatan dan perayaan Natal, serta mengingatkan umat Islam agar tak terjebak syubhat dan larangan Allah SWT. Begitu pula perihal mengucapkan selamat Natal, MUI juga telah memberi fatwa haram.
Di hari-hari umat Kristen merayakan Natal, umat Islam cukup bersikap toleran. Yaitu dengan memberikan kesempatan umat Kristen menjalankan perayaannya dan tidak mengganggu prosesinya.

Kamis, 20 Desember 2012

Penyakit Bangsa Indonesia

Mengapa Indonesia susah sekali menjadi negara maju? Diganti pertanyaannya, mengapa Indonesia tak maju-maju? Oh sama ya, atau mengapa Indonesia direndahkan oleh kebanyakan  warganya sendiri, bahkan ada yang sampai tak peduli, Indonesia mau maju, mau hancur berantakan, sabodo amat, emangnya gua pikirin! Ada yang sampai begitu amatis, begitu pesimis melihat carut marutnya bangsa Indonesia, apa lagi melihat masalah politik, politikus dan para “tikus” negara alias koruptor yang susah sekali diberantas, karena  kurang tegasnya para penegak hukum, mengapa itu terjadi? Karena “maling”nya juga teriak “maling”!
Di jaman Reformasi sekarang, dari tingkat menteri, gubernur, bupati, camat dan sebagainya bisa dijerat ke “meja hijau” alias diadili, polisi bisa ditangkap polisi, jaksa  bisa dituntut oleh jaksa, hakim bisa dihakimi dan begitu seterusnya, namun sang koruptor kelas kakap masih susah untuk tersentuh hukum, apa lagi kalau hal tersebut koruptor yang cukong-cukong kelas kakap yang bisa kabur ke luar negeri dengan alasan sakit, maka mereka bebas lenggang kangkung.
Lalu mengapa Indonesia seperti ini? Ini “penyakit” bangsa Indonesia secara umum, yang kalau tidak segera diobati, penyakit ini akan menjalar ke seluruh pelosok negeri, mari kita bahas dan kita cari solusinya:
Pertama, penyakit hati, terutama iri dan dengki. Ini penyakit yang sangat umum yang ada pada bangsa Indonesia, bukti yang sangat jelas untuk penyakit ini adalah paling tidak senang bila orang sukses, dan bisa sakit hati kalau ada orang bahagia, anehkan? Orang senag dia susah, orang susah dia senang! Penyakit ini hampir melanda sebagian besar bangsa Indonesia, walau susah untuk mengumpulkan datanya, karena memang ini masalah hati, yang ada di dalam diri manusia.
Kedua, paling senang pada gosip, ini penyakit yang paling banyak melanda, kabar angin, kabar burung, dan berbagai jenis kabar yang entah dari mana asalnya, yang biasanya disebut isu atau isapan jempol belaka, usah mencari sumbernya, tapi ada beritanya! Persis seperti, maaf, kentut! Ada baunyanya tapi susah mencari sumbernya. Gosip yang kata orang makin digosok semakin sip, semakin diberi bumbu semakin nikmat untuk dilahap, terutama bagi para penggemar gosif, yang ujung-ujungnya adalah mencari kesalahan orang!
Ketiga, tak puas menerima apa yang ada, yang ada tidak disukuri, yang lewat disesali, yang belum ada di harap-harap, lalu kapan bahagianya? Ini penyakit kebanyakan orang Indonesia, apa yang ada di tangan suka tak dihargai, yang dilhat milik orang lain, maka muncul ” rumput tetangga selalu lebih hijau ketimbang rumput di taman sendiri” Wah kalsu sudah begini adanya, repot untuk mensukuri yang ada, yang bahkan selalu kurang, kurang dan kurang.
Ini makanya banyak terjadi korupsi di segala line, susah mencari orang yang bersih dan jujur, apa lagi mencari orang yang benar-benar bersih, jujur, sederhana tapi integritasnya tinggi. Bukan tidak ada, ada… ada, tapi susah mencarinya.  Untuk 2014 saja bangsa Indonesia sedang kerepotan mencari RI1, banyak calonnya tapi belum tentu yang diamaui banyak orang! Bisa saja para capres nanti pinter-pinter, tapi belum tentu jujur-jujur!
Keempat, sering mejelek-jelekan bangsa sendiri, ini juga penyaki kronis yang ada di masyarakat Indonesia secara umum, marak korupsinya membuat orang tak percaya pada kemampuan bangsa sendiri, bahkan ada yang sampai apatis, pasif, bahkan boleh dibilang cuek  bey beh alias tak mau tahu tentang Indonesia. Indonesia mau hancur berantakan, mau jungkir balik tak karuan, atau Indonesia bangkrut di segala bidang kehidupan, mereka tak peduli, sabado amat! Bgitu akat mereka, nah ini jelas-jelas akan meinimbulkan beban masyarakat nantinya.
Anda bisa bayangkan kalau satu dua juta orang atau puluhan juta orang Indonesia pesimis dan tak mau tahu tentang nasib bangsa Indonesia, wah benar-benar bangsa Indonesia akan terpuruk dan bahkan hancur berkeping-keping, alias pecah berantakan menjadi negara-negara sendiri, seperti yang dimaui pihak Belanda ketika mebentuk RIS(Republik Indonesia Serikat), Indonesia sebagai negara kesatuan pada saat itu hanya menjadi bagian RIS! Sedih bukan.
Kelima, belum mandiri, ini bisa terlihat dengan Suara Indonesia yang sayup-sayup sampai di forum PBB atau di forum-forum Internasional lainnya.  Indonesia adalah bangsa yang besar dan semua orang tahu, tapi kekuatan suaranya tidak selantang Iran atau selantang Malysia di jaman Mahatir! Kita mengtahui setelah era Sukarno, sebagai presiden RI pertama, belum terdengar lagi presiden Indonesia yang bersuara lantang, selantang Sukarno!
Sukarno dengan konsep berdikarinya telah begitu tegar dan bersuara yang keras dan lantang menentang segala macam imperialisme dan kolonialisme dalam bentuk apapun! Bahkan dengan Amerika Serikat pun Sukarno berani berkata:” Go to hell with your aids!“, padahal saat itu Indonesia kasarnya belum punya apa-apa, dan benar-benar tak ada apa-apa, tapi Sukarno berani teriak dengan lantang!
Wah kalau mau dibahas bisa lebih panjang lagi, lalu bagaimana solusinya? Biasanya tidak ada solusi yang  mudah, perlu ada proses! Dan proses pun bisa pendek, menangah atau panjang! Namun yang jelas dianatar solusi yang paling cespleng adalah dari pemimpinya dulu, dari orang yang paling puncak dulu!Nah ini akan kita milki saat 2014 nanti, disitulah capres-capres nanti diuji oleh rakyat melalui Pemilu 2014!
Rakyat yang cerdas tak akan mau lagi di sogok-sogok dengan serangan fajar di subuh dini hari, rakyat cerdas bila diberikan uang untuk memilih, uangnya diambil, tapi orangnya belum tentu yang dipilih! Jadi ambil uangnya, orangnya ambil yang terbaik! Rakyat harus memilih capresnya nanti yang terbaik, yang benar-benar memang baik, bukan pura-pura baik menjelang capres!
[Syaripudin Zuhri/eramuslim]

Waspada, Menyumbang Palestina Dan Suriah Bisa Kena Pidana


pengungsi suriah2Direktur The Community of Ideological Islamic Analisyst(CIIA), Harits Abu Ulya meghimbau agar umat Islam bertindak untuk membatalkan pengesahan RUU Tindak Pidana Pendanaan Terorisme. Sebab, jika RUU ini diketuk palu, bisa jadi orang yang menyumbang untuk Suriah dan Palestina dikenakan pidana.
“Orang yang menyumbang untuk Palestina dan Suriah bisa kena UU ini hanya karena di sana ada Hamas dan Jabhah Nusroh yang dicap Amerika Serikat dan PBB sebagai teroris. Dan itu hanya berdasarkan pasal karet dengan frase ‘patut diduga’ menyumbang untuk aksi teror langsung atau tidak langsung,” ungkapnya kepada Islampos.com, Kamis (20/12/2012).
Dalam kajian atas draft RUU ini, pemerintah hendak memberangus individu atau korporasi atau kelompok yang dicap teroris. Dan “nafsu” ini, kata Harits, berdiri di atas paradigma yang salah kaprah sejak awal.
“Sangat terkesan ini adalah langkah penyelarasan atas proyek global Barat yang bernama WOT (war on terrorism) yang sangat pejoratif tendensius untuk menjadikan umat Islam sebagai musuh dan bidikan,” tegas pengamat kontra terorisme ini.
Hal ini diperparah pada keseluruhan substansi RUU di mana RUU ini berdiri di atas definisi “teroris” yang kabur dan sangat politis. Sampai hari ini kelompok Islam yang mengusung Islam sebagai ideologi menjadi sasaran dengan berbagai rekayasa dan kriminalisasi atas nama drama terorisme.
“Dan ini adalah kepentingan Barat yang diaminkan pemerintah Indonesia yang sekuler. Di samping penjelasan Menkeu Agus Marto lebih mempertegas (secara implisit) bahwa RUU ini dibuat untuk mengikuti kepentingan asing sekalipun alasanya untuk meningkatkan bargaining ekonomi Indonesia di pentas dunia. Indonesia terlalu jauh masuk dalam kubangan perang melawan teroris versi Barat yang dikomandani AS,” katanya.islampos

Oleh Sebagian Kalangan Kristiani, Natal Dianggap ‘Bid’ah’

Natal-bid-ahnya kristen-3-jpeg.imagePerintah untuk menyelenggarakan peringatan Natal tidak ada dalam Bibel dan Injil. Yesus tidak pernah memberikan contoh ataupun memerintahkan pada muridnya untuk menyelenggarakan peringatan atau perayaan kelahirannya.
Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen katolik pada abad ke-4 M. Dan, parahnya lagi, perayaan ini mengadopsi upacara adat masyarakat penyembah pagan/berhala (dewa matahari).
Sejarah Natal
Kata Natal berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir. Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingati hari kelahiran Isa Al-Masih—yang mereka sebut Tuhan Yesus.
Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325-354 oleh Paus Liberius.  Penetapan tanggal 25 Desember, mengambil momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai kelahiran Yesus (Natal).
Kelahiran Yesus Menurut Bibel
Untuk menyibak tabir Natal pada tanggal 25 Desember yang diyakini mayoritas Kristen  sebagai Hari Kelahiran Yesus, marilah kita simak apa yang diberitakan oleh Bibel tentang kelahiran Yesus sebagaimana dalam Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1, 10, 11 (Markus dan Yohanes tidak menuliskan kisah kelahiran Yesus).
Lukas 2:1-8:
“Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri.
Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galelilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud—supaya didaftarkan bersama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung.
Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lapin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjanga kawanan ternak mereka pada waktu malam.”
Jadi, menuru Bibel, Yesus lahir pada masa kekuasaan Kaisar Agustus yang saat itu yang sedang melaksanakan sensus penduduk (7M=579 Romawi). Yusuf, tunangan Maryam, ibu Yesus, berasal dari Betlehem, maka mereka bertiga ke sana, dan lahirlah Yesus di Betlehem, anak sulung Maria.
Maria membungkusnya dengan kain lampan dan membaringkannya dalam palungan (tempat makan sapi, domba yang terbuat dari kayu). Peristiwa itu terjadi pada malam hari dimana gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka di padang rumput.
Menurut Matius 2:1, 10, 11:
“Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Herodus, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibunya.”
Jadi menurut Matius, Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodus yang disebut Herodus Agung, memerintah tahun 37 SM- 4 M (749 Romawi), ditandai dengan bintang-bintang yang terlihat oleh orang-orang Majusi dari Timur.
Cukup jelas pertentangan kedua Injil tersebut (Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1, 10, 11) dalam menjelaskan kelahiran Yesus. Namun begitu keduanya menolak kelahiran Yesus tanggal 25 Desember.
Penggambaran kelahiran yang ditandai dengan bintang-bintang yang gemerlpan di langit dan gembala yang sedang menjaga kawanan domba yang dilepas bebas di padang rumput, menunjukkan kondisi musim panas.
Karenanya para penggembala berdiam di padang rumput dengan domba-domba mereka pada malam hari untuk menghindari sengatan matahari. Sebab jelas 25 Desember adalah musim dingin. Sedang suhu udara di kawasan Palestina pada bulan Desember itu sangat rendah sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil.
Bagi yang memiliki wawasan luas, hati terbuka dan lapang dalam mencari kebenaran, kitab suci Al-Qur’an telah memberikan jawaban tentang kelahiran Yesus (Isa ‘Alaihssalam).
Natal-bid-ahnya kristen-4-pantheon-kuil bagi semua dewa romawi dibangun pada 126 AD, menjadi gereja katolik roma sejak abad ke-7-jpeg.image
“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (Maryam) bersandar pada pangkal pohon kurma, ia berkata: ‘Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.’ Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, ‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu (untuk minum). Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu’,” (QS Maryam: 23-25).
Pantheon, kuil bagi semua Dewa Romawi, dibangun pada 126 AD, menjadi gereja Katolik Roma sejak abad ke-7
Jadi menurut Al Qur’an Yesus dilahirkan pada musim panas di saat pohon-pohon kurma berbuah dengan lebatnya. Untuk itu perlu kita cermati pendapat sarjana Kristen, Dr. Arthus S. Peak, dalam Commentary on the Bible–seperti dikutip buku ‘Bible dalam Timbangan’ oleh Soleh A. Nahdi (hal 23): Yesus lahir dalam bulan Elul (bulan Yahudi), bersamaan dengan bulan Agustus-September.
Sementara itu Uskup Barns dalam Rise of Christianity, seperti juga dikutip oleh Soleh A. Nahdi, berpendapat sebagai berikut:
“Kepercayaan, bahwa 25 Desember adalah hari lahir Yesus yang pasti tidak ada buktinya. Kalau kita percaya cerita Lukas tentang hari lahir itu dimana gembala-gembala waktu malam menjaga di padang di dekat Betlehem, maka hari lahir Yesus tentu tidak di musim dingin di saat suhu di negeri pegunungan Yudea amat rendah sekali sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil. Setelah terjadi banyak perbantahan tampaknya hari lahir tersebut diterima penetapannya kira-kira tahun 300 Masehi.”
Pada Tahun Berapa Yesus Lahir?
Umat Kristen beranggapan bahwa Yesus dilahirkan pada tahun 1, karena penanggalan Masehi yang dirancang oleh Dionysius (yang oleh Paus Benediktus XVI dinilai keliru), justru dibuat dan disesuaikan dengan tahun kelahiran Yesus.
Namun Injil Lukas 2:1 (telah dikutip sebelumnya) menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan Kaisar Agustus, jadi antara tahun 27 Sebelum Maseh-14 Sesudah Masehi. Sedangkan Matius: 2:1 (juga telah dikutip) menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodes Agung: tahun 37 Sebelum Masehi-4 Sesudah Masehi.
Ternyata antara pemahaman yang beredar di kalangan umat Kristen tentang kelahiran Yesus dengan berita yang disampaikan oleh Injil, Lukas maupun Matius, tidaklah menunjukkan suatu kepastian, sehingga ilmuwan-ilmuwan mereka ada yang menyatakan Yesus lahir tahun 8 Sebelum Masehi, tahun 6 Sebelum Masehi, tahun 4 sesudah Masehi. Antara lain di kutip dari buku tulisan Rev. Dr. Charles Francis Petter, MA. . B.D., S.T.M. yang berjudul, The Lost Years of Jesus Revealed hal 119.
Asal Usul Perayaan Natal 25 Desember
Perintah untuk menyelenggarakan peringatan Natal tidak ada dalam Bibel dan Yesus tidak pernah memberikan contoh ataupun memerintahkan pada muridnya untuk menyelenggarakan peringatan kelahirannya.
Karenanya, bagi sebagian kalangan Kristen, perayaan Natal 25 desember adalah “bid’ah”nya kaum Kristiani, sesuatu yang diada-adakan dan menyimpang dari ajaran asli Nasrani itu sendiri. Terlebih lagi tanggal dan bulan kelahiran Yesus pun justru mengambil tanggal “kelahiran Dewa Matahari”.
Sebenarnya penyimpangan ajaran Nasrani itu tak hanya di soal ini. Bisa disebut secara prinsip, ajaran Nasrani memang sudah jauh mengalami penyimpangan.
“Bid’ah” Natal ini baru masuk dalam ajaran Kristen katolik pada abad ke-4 M.  Perayaan ini pun berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Kita ketahui bahwa abad ke-1 sampai abad ke-4 M dunia masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme.
Ketika Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut Katolik, mereka tidak mampu meninggalkan adat/budaya pagan-nya, apalagi terhadap pesta rakyat untuk memperingati hari Sunday (sun=matahari, day=hari) yaitu kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember.
Maka, supaya agama Katolik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi, diadakanlah sinkretisme (percampuran  agama dengan budaya/ penyembahan berhala), dengan cara menyatukan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari) dengan kelahiran Son of God (Anak Tuhan=Yesus).
Karenanya, kebiasaan pemeluk Kristen untuk mengadakan kebaktian pada Hari Minggu (Sunday) tak terlepas dari tradisi Sunday-nya kaum Pagan (penyembah berhala dewa matahari) bangsa Romawi kuno.
Maka pada konsili tahun 325, Konstantin memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Juga diputuskan, Pertama, hari minggu (Sunday=hari matahari) dijadikan pengganti hari Sabat yang menurut hitungan jatuh pada Sabtu. Kedua, lambang dewa matahari yaitu sinar yang bersilang dijadikan lambang Kristen. Ketiga, membuat patung-patung Yesus untuk menggantikan patung Dewa Matahari.
Sesudah Kaisar Kontantin memeluk agama Katolik pada abad ke-4 masehi, maka rakyat pun beramai-ramai ikut memeluk agama Katolik. Inilah prestasi gemilang hasil proses sinkretisme Kristen oleh Kaisar Konstantin dengan agama paganisme politheisme buatan nenek moyang Romawi Kuno.
Demikian asal-usul Christmas atau Natal yang dilestarikan oleh mayoritas Kristen di seluruh dunia sampai sekarang. Demikian pula kepercayaan paganis politheisme tentang Dewa Matahari yang diperingati tanggal 25 Desember dan kemudian diadopsi oleh kaum Kristen Katolik untuk merayakan Hari Kelahiran “Tuhan Yesus”.
Mari kita telusuri melalui Bibel maupun sejarah kepercayaan paganis yang dianut oleh bangsa Babilonia kuno di dalam kekuasaan raja Nimrod (Namrud).
H.W. Amstrong dalam bukunya The Plain Truth About Christmas, Worlwide Chrch of God, California USA, 1994, menjelaskan:
Namrud cucu Ham, anak Nabi Nuh adalah pendiri sistem kehidupan masyarakat Babilonia kuno. Nama Nimrod dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kata “Marad” yang artinya: “Dia membangkang atau Murtad antara lain dengan keberaniannya mengawini ibu kandungnya sendiri bernama “Semiramis”.
Namun usia Namrud tidak sepanjang ibu sekaligus istrinya. Maka setelah Namrud mati, Semiramis menyebarkan ajaran: bahwa roh Namrud tetap hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati. Maka dibuatlah olehnya perumpamaan pohon “Evergreen” yang tumbuh dari sebatang kayu mati.
Maka untuk memperingati kelahirannya dinyatakan bahwa Namrud selalu hadir di pohon Evergreen dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting-ranting pohon itu. Sedangkan kelahiran Namrud dinyatakan tanggal 25 Desember. Inilah asal usul pohon Natal.
Lebih lanjut Semiramis dianggap sebagai “Ratu Langit” oleh rakyat Babilonia, kemudian Namrud dipuja sebagai “anak suci dari surga”.
Putaran zaman menyatakan bahwa penyembahan berhala versi Babilonia ini berubah menjadi “Mesiah palsu”, berupa dewa “Ba-al” anak dewa matahari dengan objek penyembahan “Ibu dan Anak” (Semiramis dan Namrud) yang lahir kembali.
Ajaran tersebut menjalar ke negara lain, di Mesir berupa dewa “Isis dan Osiris”, di Asia bernama “Cybele dan Deoius”. Di Roma disebut Fortuna dan Yupiter. Bahkan di Yunani, “Kwan Im”, lalu di Cina, Jepang dan Tibet, India, Persia, Afrika, Eropa dan Meksiko juga ditemukan adat pemujaan terhadap dewa “Madonna” dan lain-lain.
Simbol ‘Dewa Ra’
Natal-bid-ahnya kristen-amun ra-simbol dewa matahari-jpeg.imageDewa-dewa berikut dimitoskan lahir pada tanggal 25 Desember, dilahirkan oleh gadis perawan (tanpa bapak), mengalami kematian (salib) dan dipercaya sebagai Juru Selamat (Penebus Dosa):
1. Dewa Mithras (Mitra) di Iran, yang juga dinyatakan dilahirkan dalam sebuah gua dan mempunyai 12 orang murid. Dia juga disebut sebagai Sang Penyelamat, karena ia pun mengalami kematian dan dikuburkan, tapi bangkit kembali. Kepercayaan ini menjalar hingga Eropa. Konstantin termasuk salah seorang pengagum sekalugus penganut kepercayaan ini.
2. Apollo, yang terkenal memiliki 12 jasa dan menguasai 12 bintang/planet.
3. Hercules yang terkenal sebagai pahlawan perang tak tertandingi.
4. Ba-al yang disembah orang-orang Israel, adalah dewa penduduk asli tanah Kana’an yang terkenal, juga sebagai dewa kesuburan.
5. Dewa Ra, sembahan orang-orang Mesir Kuno; kepercayaan ini menyebar hingga Romawi dan diperingati secara besar-besaran, dijadikan sebagai pesta rakyat.
Demikian juga Serapsis, Attis, Issis, Horus, Adonis, Bacchus, Krisna, Osiris, Syamas, Kybele dan lain-lain. Selain itu ada lagi tokoh/pahlawan pada suatu bangsa yang oleh mereka diyakini dilahirkan oleh perawan, antara lain Zorates (bangsa Persia) dan Fo Hi (bangsa Cina).
Demikian pula pahlawan-pahlawan Helenisme: Agis, Celomenes, Eunus, Soluius, Aristonicus, Tibarius, Grocecus, Yupiter, Minersa, Easter.
Jadi konsep bahwa Tuhan itu dilahirkan seorang perawan pada tanggal 25 Desember disalib/dibunuh kemudian dibangkitkan, sudah ada sejak zaman purba.
Konsep/dogma agama bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan bahwa Tuhan mempunyai tiga pribadi dengan sangat mudahnya diterima oleh kalangan masyarakat Romawi karena merekalah telah memiliki konsep itu sebelumnya.
Mereka tinggal mengubah nama-nama dewa menjadi Yesus. Maka dengan jujur Paulus mengakui bahwa dogma-dogma tersebut hanyalah KEBOHONGAN yang sengaja dibuatnya. Kata Paulus kepada Jemaat Roma:
“Tetapi jika kebesaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaannya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai seorang yang berdosa?” (Roma 3:7).
Mengenai kemungkinan terjadinya pendustaan itu, Yesus telah mensinyalir lewat pesannya:
Jawab Yesus kepada mereka: “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang,” (Matius 24:4-5).
Pandangan Bibel Tentang Upacara Natal.
Untuk mengetahui pandangan Bibel tentang perayaan Natal yang diwarisi oleh tradisi paganisme, baiklah kita telaah Yeremia 10: 2-4:
Beginilah firman Tuhan: ‘Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukanlah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu supaya jangan goyang’.”
Demikianlah pandangan Bibel tentang upacara Natal yaitu melarang orang Kristen mengikuti kebiasaaan bangsa-bangsa penyembah berhala.
Selanjutnya mari kita simak penjelasan Yeremia 10: 5, “Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun. Tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baik pun dia tidak dapat.”
Sumber-sumber Kristen yang Menolak Natal
Natal-Paus Benediktus XVI mengakui penghitungan kelahiran Yesus itu keliru-jpeg.image1. Catolic Encyclopedia, ediai 1911 tentang Christmas:
” Natal bukanlah upacara gereja yang pertama… melainkan ia diyakini berasal dari Mesir, perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari., kemudian dijadikan kelahiran Yesus.”
Dalam buku yang sama, tentang ” Natal Day” dinyatakan sebagai berikut:
Paus Benediktus XVI dalam bukunya tahun lalu mengakui penghitungan hari kelahiran Yesus itu keliru
“Di dalam kitab suci tidak ada seorang pun yang mengadakan upacara atau penyelenggaraan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Firaun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini.”
2. Encyclopedia Britanica, edisi 1946 menyatakan:
“Natal bukanlah upacara gereja abad pertama, Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakan dan Bibel juga tidak pernah menyelenggarakannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.”
3. Encyclopedia Americana, edisi tahun 1944 menyatakan:
“Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya umat kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran tersebut…”
(Perjamuan Suci, yang termaktub dalam kitab Perjanjian Baru hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus). “Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad ke-4 M. Pada abad ke-5 M Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari ‘Kelahiran Dewa Matahari’. Sebab tidak seorang pun mengetahui hari kelahiran Yesus.”
[salam-online.com]

Sains Pun Membuktikan Hikmah Memakai Jilbab


muslimahALLAH SWT. memerintahkan sesuatu pasti ada manfaatnya untuk kebaikan manusia. Dan setiap yang benar-benar manfaat dan diperlukan manusia dalam kehidupannya, pasti disyariatkan atau diperintahkan oleh-Nya. Diantara perintah Allah itu adalah berjilbab bagi wanita muslimah. Berikut ini beberapa manfaat berjilbab menurut Islam dan ilmu pengetahuan.
1. Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)
“Ada dua macam penghuni neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka (wanita-wanita seperti ini) tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak yang jauh” (HR. Muslim).
Imam An-Nawawi ra. menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.
“Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.
2. Terhindar dari pelecehan
Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku mereka sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW,
“Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR. Bukhari).
Jikalau wanita pada jaman Rasul merupakan fitnah terbesar bagi laki-laki padahal wanita pada jaman ini konsisten terhadap jilbab mereka dan tak banyak lelaki jahat saat itu, maka bagaimana wanita pada jaman sekarang? Tentunya akan menjadi target pelecehan. Hal ini telah terbukti dengan tingginya pelecehan di negara-negara Eropa (wanitanya tidak berjilbab).
3. Memelihara kecemburuan laki-laki
Sifat cemburu adalah sifat yang telah Allah SWT tanamkan kepada hati laki-laki agar lebih menjaga harga diri wanita yang menjadi mahramnya. Cemburu merupakan sifat terpuji dalam Islam.
“Allah itu cemburu dan orang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah adalah apabila seorang mukmin menghampiri apa yang diharamkan-Nya.” (HR. Muslim).
Bila jilbab ditanggalkan, rasa cemburu laki-laki akan hilang. Sehingga jika terjadi pelecehan tidak ada yang akan membela.
4. Akan seperti bidadari surga
“Dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya, mereka tak pernah disentuh seorang manusia atau jin pun sebelumnya.” (QS. Ar-Rahman: 56).
“Mereka laksana permata yakut dan marjan.”(QS.Ar Rahman: 5).
“Mereka laksan telur yang tersimpan rapi.”(QS.Ash Shaffaat: 49).
Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga. Yaitu menundukkan pandangan, tak pernah disentuh oleh yang bukan mahramnya, yang senantiasa dirumah untuk menjaga kehormatan diri. Wanita inilah merupakan perhiasan yang amatlah berharga.
Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga.
5. Mencegah penyakit kanser kulit
Kanser adalah sekumpulan penyakit yang menyebabkan sebagian sel tubuh berubah sifatnya. Kanser kulit adalah tumor-tumor yang terbentuk akibat kekacauan dalam sel yang disebabkan oleh penyinaran, zat-zat kimia, dan sebagainya.
Penelitian menunjukkan kanser kulit biasanya disebabkan oleh sinar Ultra Violet (UV) yang menyinari wajah, leher, tangan, dan kaki. Kanser ini banyak menyerang orang berkulit putih, sebab kulit putih lebih mudah terbakar matahari.
Kanser tidaklah membeda-bedakan antara laki-laki dan wanita. Hanya saja, wanita memiliki daya tahan tubuh lebih rendah daripada laki-laki. Oleh karena itu, wanita lebih mudah terserang penyakit khususnya kanser kulit.
Oleh karena itu, cara untuk melindungi tubuh dari kanser kulit adalah dengan menutupi kulit. Salah satunya dengan berjilbab. Karena dengan berjilbab, kita melindungi kulit kita dari sinar UV. Melindungi tubuh bukan dengan memakai kerudung gaul dan baju ketat. Kenapa? Karena hal itu percuma saja. Karena sinar UV masih bisa menembus pakaian yang ketat apalagi pakaian transparan. Berjilbab disini haruslah sesuai kriteria jilbab.
6. Memperlambat gejala penuaan
Penuaan adalah proses alamiah yang sudah pasti dialami oleh semua orang yaitu lambatnya proses pertumbuhan dan pembelahan sel-sel dalam tubuh. Gejala-gejala penuaan antara lain adalah rambut memutih, kulit keriput, dan lain-lain.
Penyebab utama gejala penuaan adalah sinar matahari. Sinar matahari memang penting bagi pembentukan vitamin Dyang berperan penting terhadap kesehatan kulit. Namun, secara ilmiah dapat dijelaskan bahwa sinar matahari merangsang melanosit (sel-sel melanin) untuk mengeluarkan melanin, akibatnya rusaklah jaringan kolagen dan elastin. Jaringan kolagen dan elastin berperan penting dalam menjaga keindahan dan kelenturan kulit.
Krim-krim pelindung kulit pun tidak mampu melindungi kulit secara total dari sinar matahari. Sehingga dianjurkan untuk melindungi tubuh dengan jilbab.
Jilbab adalah kewajiban untuk setiap muslimah. Dan jilbab pun memiliki manfaat. Ternyata tak sekedar membawa manfaat ukhrawi namun banyak juga manfaat duniawinya. Jilbab tak hanya sekedar menjaga iman dan takwa pemakainya, namun juga membuat kulit terlindungi dari penyakit kanker dan proses penuaan.
Ternyata jilbab tak sekedar membawa manfaat ukhrawi namun banyak juga manfaat duniawinya.
Jilbab tak hanya sekedar menjaga iman dan takwa pemakainya, namun juga membuat kulit terlindungi dari penyakit kanser dan proses penuaan.
Demikianlah Allah memberi kasih sayangnya kepada wanita melalui syariat islam yang sempurna. [berbagaisumber/islampos]

Kritik Imam Ghazali Terhadap Konsep Ketuhanan Yesus


jesus-christ-2Oleh, Rachmat Morado Sugiarto, M.A.
Alumnus Universitas Mulay Islamil, Meknes, Maroko
Imam al-Ghazali adalah salah seorang ulama klasik yang berusaha keras mematahkan hujjah ketuhanan Yesus. Melalui bukunya yang berjudul al-Raddul Jamil li-Ilahiyati ‘Isa, al-Ghazali membantah ketuhanan Yesus dengan mengutip teks-teks Bibel. Buku ini menarik untuk dikaji karena diterbitkan oleh UNESCO dalam bahasa Arab.
Imam al-Ghazali adalah ulama yang sangat terkenal di zamannya sampai zaman sekarang ini. Nama lengkapnya, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad At-Thusi Asy-Syafi’i (pengikut mazhab Syafi’i). Al-Ghazali lahir 450 H/1058 M dan wafat pada tahun 505H/1111M dalam usia 55 tahun. Karyanya tidak kurang dari 200 buku, dan  di antara karyanya yang sangat monumental adalah “Ihya ‘Ulumiddin” (Revival of Religious Sciences).  Ia dikenal sebagai seorang filosof, ahli tasawwuf, ahli fikih, dan juga bisa dikatakan sebagai seorang Kristolog. Ini  terbukti lewat karyanya al-Raddul Jamil, yang ditulisnya secara serius dan mendalam.
Dalam bukunya, Al-Ghazali memberikan kritik-kritik terhadap kepercayaan kaum Nasrani yang bertaklid kepada akidah pendahulunya, yang keliru. Kata al-Ghazali dalam mukaddimah bukunya: “Aku melihat pembahasan-pembahasan orang Nasrani tentang akidah mereka memiliki pondasi yang lemah.  Orang Nasrani menganggap agama mereka adalah syariat yang tidak bisa di takwil”
Imam al-Ghazali juga berpendapat bahwa orang Nasrani taklid kepada para filosof dalam soal keimanan. Misalnya dalam masalah al-ittihad, yaitu  menyatunya zat Allah dengan zat Yesus.  Al-Ghazali membantah teori al-ittihad kaum Nasrani. Menurutnya, anggapan  bahwa Isa a.s. mempunyai keterkaitan dengan Tuhan seperti keterkaitan jiwa dengan badan, kemudian dengan keterkaitan ini terjadi hakikat ketiga yang berbeda dengan dua hakikat tadi, adalah keliru. Menurutnya, bergabungnya dua zat dan dua sifat (isytirak), kemudian menjadi hakikat lain yang berbeda adalah hal yang mustahil yang tidak diterima akal.
Dalam pandangan al-Ghazali, teori al-ittihad ini justru membuktikan bahwa Yesus bukanlah Tuhan. Al-Ghazali menggunakan analogi mantik atau logika. Ia berkata, ketika Yesus disalib, bukankah yang disalib adalah Tuhan, apakah mungkin Tuhan disalib? Jadi, Yesus bukanlah Tuhan. Penjelasannya dapat dilihat pada surat an-Nisa ayat 157:  ”Dan tidaklah mereka membunuhnya (Isa a.s..) dan tidak juga mereka menyalibnya akan tetapi disamarkan kepada mereka”.
Selain al-ittihad, masalah al-hulul tak kalah pentingnya. Menurut Al-Ghazali,  makna  al-hulul, artinya zat Allah menempati setiap makhluk, sebenarnya dimaksudkan sebagai makna majaz atau metafora. Dan itu digunakan sebagai perumpamaan seperti kata “Bapa” dan ”Anak”. Misalnya seperti dalam Injil Yohannes pasal 14 ayat 10:   “Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku. Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diriKu sendiri tetapi Bapa yang diam di dalam Aku, Dia-lah yang melakukan pekerjaan-Nya.”
Dalam melakukan kajiannya, Imam  al-Ghazali merujuk kepada Bibel kaum Nasrani. Dalam al–Raddul Jamil,  al-Ghazali mencantumkan enam teks Bibel yang menurutnya menafikan ketuhanan Yesus, dan  dikuatkan dengan teks-teks Bibel lainnya sebagai tafsiran teks-teks yang enam tadi.
Di antara teks yang dikritisi oleh al-Ghazali adalah Injil Yohannes pasal 10 ayat 30-36, “Aku dan Bapa adalah satu. Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: “banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-ku yang kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah diantaranya yang menyebabkan kamu mau melempari aku? Jawab orang-orang Yahudi itu: “bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari engkau, melainkan karena engkau menghujat Allah dan karena engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan dirimu dengan Allah. Kata Yesus kepada mereka: “tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: kamu adalah Allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut Allah – sedangkan kitab suci tidak dapat dibatalkan- masihkan kamu berkata kepada dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia.” (Teks dikutip dsri Bibel terbitan Lembaga Al-kitab Indonesia; Jakarta 2008.)
Teks ini, menurut al-Ghazali,  menerangkan masalah al-ittihad (menyatunya Allah dengan hamba-Nya). Orang Yahudi mengingkari perkataan Yesus “aku dan Bapa adalah satu”.  Al-Ghazali berpendapat, perkataan Yesus, Isa A.S. “..aku dan Bapa adalah satu” adalah makna metafora. Al-Ghazali mengkiaskannya seperti yang terdapat dalam hadits  Qudsi, dimana Allah berfirman:  “Tidaklah mendekatkan kepadaKu orang-orang yang mendekatkan diri dengan yang lebih utama dari pada melakukan yang Aku fardhukan kepada mereka. Kemudian tidaklah seorang hamba terus mendekatkan diri kepadaKu dengan hal-hal yang sunnah sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengaran yang ia mendengar dengannya, penglihatan yang ia melihat dengannya, lisannya yang ia berbicara dengannya dan tangannya yang ia memukul dengannnya.”
Menurut Al-Ghazali, adalah mustahil Sang Pencipta menempati indra-indra tersebut atau Allah adalah salah satu dari indra-indra tersebut. Akan tetapi seorang hamba ketika bersungguh-sungguh dalam ta’at kepada Allah, maka Allah akan memberikannya kemampuan dan pertolongan yang ia mampu dengan keduanya untuk berbicara dengan lisan-Nya, memukul dengan tanganNya, dan lain-lainnya Makna metafora dalam teks Bibel dan hadits Qudsi itulah yang dimaksudkan bersatunya manusia dengan Tuhan, bukan arti harfiahnya.
Demikianlah, di abad ke-12 M, Imam al-Ghazali telah melalukan kajian yang serius tantang agama-agama selain Islam. Kajian ini tentu saja sesuatu yang jauh melampaui zamannya.  Kritiknya terhadap konsep Ketuhanan Yesus jelas didasari pada keyakinannya sebagai Muslim, berdasarkan penjelasan al-Quranul Karim.  Al-Ghazali  bersifat seobjektif mungkin saat meneliti fakta tentang konsep kaum Kristen soal Ketuhanan Yesus. Tapi, pada saat yang sama, dia juga tidak melepaslan posisinya sebagai Muslim saat mengkaji agama-agama.[islampos]

Rabu, 19 Desember 2012

Paus Nyatakan Penghitungan Kelahiran Yesus Keliru

Pemimpin umat Katolik Roma sedunia Paus Benediktus XVI menyampaikan pernyataan mengejutkan tentang kelahiran Yesus Kristus.
Laman Telegraph melansir pernyataan Paus bahwa perhitungan tentang kelahiran Yesus yang selama ini diyakini adalah keliru. Yesus lahir beberapa tahun lebih awal dari yang selama ini diyakini.
Menurut Paus, kalender Masehi yang digunakan untuk membuat perhitungan hari kelahiran Yesus itu tak tepat.
Ia mengungkapkan bahwa kesalahan tersebut dilakukan oleh seorang biarawan bernama Dionysius Exiguus di abad ke-6. Demikian diungkapkan Paus melalui buku berjudul “Jesus of Nazareth: The Infancy Narratives”, yang diluncurkan, Rabu (21/11/2011).
“Penghitungan awal kalender kami, yang didasarkan pada kelahiran Yesus, dibuat oleh Dionysius Exiguus. Yang ternyata telah membuat kesalahan dalam penghitungannya, dimana mengalami perbedaan sekitar beberapa tahun,” tulis Paus dalam bukunya, seperti dilansir The Telegraph, Kamis (22/11/2012).
“Tanggal kelahiran Yesus sebenarnya lebih cepat beberapa tahun,” ujar Paus menambahkan.
Dionysius Exiguus atau ‘Dennis the Small”, selama ini diberi gelar sebagai ‘penemu’ kalender modern dan konsep era Anno Domini atau yang dikenal sebagai AD.
Tak hanya itu, ia juga dikenal telah menciptakan sistem baru untuk membagi jarak pada kalender saat itu, yang masih berpatokan pada tahun saat dimulainya pendudukan Kekaisaran Roma, Diocletian.
Kekaisaran itulah yang menganiaya penganut Kristen, sehingga sistem penghitungannya diganti dengan sistem yang baru dengan didasarkan pada kelahiran Yesus.
Kalender yang diciptakan Dionysius itulah yang kemudian diberlakukan secara luas di wilayah Eropa. Setelah diadopsi oleh seorang biarawan bernama Venerable Bede.
Meski demikian, bagaimana cara Dionysius menghitung kelahiran Yesus juga tidak jelas.
Isu soal salah penghitungan hari lahir Yesus sebenarnya bukanlah hal baru. Terutama di kalangan akademisi dunia. Sebelumnya banyak sejarawan yang meyakini, bahwa Yesus sebenarnya lahir antara 7 Masehi hingga 2 Masehi atau antara 6 Masehi sampai 4 Masehi.
Permasalahan itulah yang kembali diangkat oleh Paus melalui buku terbarunya. Kitab Injil sendiri tidak menyebutkan secara mendetil tanggal kelahiran Yesus.
Dionysius diduga melakukan penghitungan berdasarkan usia Yesus memulai pelayanan, dan fakta ketika Yesus “dibaptis” saat masa Kekaisaran Tiberius.
“Tidak ada referensi tentang kapan Yesus lahir di dalam Alkitab, kita semua tahu Yesus lahir saat masa kepemimpinan Herodes, yang meninggal sebelum tahun 1 AD. Telah disimpulkan sejak lama bahwa Yesus lahir sebelum 1 AD, namun tak ada yang tahu pasti,” ujar Profesor Penafsiran Kitab Suci pada Oriel College, Oxford University.
Dalam bukunya, Paus juga mengangkat soal kontroversi lainnya. Seperti soal lokasi kelahiran Yesus, yang selama ini diyakini di sebuah kandang ternak tradisional. Kemudian juga soal tempat kelahiran Yesus, yang diyakini lahir di Nazareth bukan di Bethlehem.
Sebenarnya, soal kekeliruan Yesus yang dalam Islam adalah Nabi Isa ‘Alaihissalam ini, tak hanya pada penghitungan tahun, tapi juga bermasalah dalam tanggal dan bulannya.
Sejumlah sejarawan mengungkapkan ditemukannya dokumen yang menyebut Isa as lahir saat panen tiba, dimana digambarkan kicau burung yang ramai. Itu sebagai bantahan, bahwa mustahil Yesus lahir pada bulan Desember, karena, itu adalah saat musim dingin.
Melihat dokumen itu, Yesus diprediksi lahir antara bulan Maret, April, Mei dan Juni. Sedang 25 Desember adalah kepercayaan kaum pagan Yunani-Romawi kuno sebagai tanggal kelahiran anak dewa matahari.
Gereja Barat, memang, merayakan Natal pada tanggal 25 Desember, sementara Gereja Timur tidak mengakui Natal pada 25 Desember tersebut. Lucunya, di tahun 1994, Paus Yohanes Paulus II sendiri telah mengumumkan kepada umatnya jika Yesus sebenarnya tidak dilahirkan pada 25 Desember.
Kata Paus, tanggal itu dipilih karena merupakan perayaan tengah-musim dingin kaum pagan (penyembah berhala) Romawi kuno. Saat itu umat Katolik gempar. Padahal banyak sejarawan telah menyatakan bahwa 25 Desember tersebut sebenarnya merupakan kepercayaan masyarakat Yunani kuno (yang mempercayainya) sebagai tanggal kelahiran banyak dewa pagan seperti Osiris, Attis, Tammuz, Adonis, Dionisius, dan lain-lain.
Paus Yohanes Paulus II
Kisah yang sesungguhnya tentang hari Natal ini juga bisa kita simak dari pernyataan Pastor Herbert W. Amstrong, sejarawan Kristen yang menentang banyak hal tentang Natal pada tanggal 25 Desember.
Yang banyak orang tidak tahu, keseluruhan dasar bangunan kekristenan sekarang ini sesungguhnya dibangun atas kerangka dasar ritus pembaruan Osirian di Mesir kuno.
Lalu, jika kaum Kristiani merayakan 25 Desember sebagai “hari kelahiran Yesus”–yang padahal diakui Paus Yohanes Paulus II sendiri sebagai perayaan kaum Pagan atas dewa mereka–maka, itu pada hakikatnya adalah merayakan “hari kelahiran Dewa Matahari”. Meskipun memang, terasa aneh, “tuhan” (Yesus) dan dewa “lahir”, lalu “dirayakan” kelahirannya. (liputan6.com)–salam-online

SBY Menangis Lihat Film, Kok Anak-anak Gaza Dibombardir Israel Tak Membuatnya Menangis?

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memang sosok yang sensitif. Cuma sayang, sensitifnya SBY hingga membuat dia meneteskan air mata taktala menonton film saja.

Saat menyaksikan film Ayat-Ayat Cinta (AAC) karya sutradara liberal, Hanung Bramantyo, SBY mengaku terharu dan akhirnya meneteskan air mata. Presiden terenyuh dengan cerita yang ada di film yang dibintangi oleh Fedi Nuril dan Carissa Putri tersebut.

"Berkali-kali saya harus menyeka air mata. Pesannya sampai. Saya kira semua sepakat bahwa film ini memberikan banyak nilai terhadap kita, bagaimana saling toleran dan damai," ujar SBY usai nonton AAC 28 Maret 2008 lalu seperti dikutip merdeka.com.

Presiden merasa bangga usai nonton Ayat-ayat Cinta. Di tengah lesunya film nasional, ternyata masih ada film berkualitas yang layak ditonton.

"Saya bangga, kita semua bangga, dan perlu memberikan penghargaan setinggi-tingginya bahwa ternyata ada karya anak bangsa yang bisa dibanggakan," imbuh SBY.

Empat tahun kemudian, tepatnya Senin (17/12/2012) lalu, Presiden SBY kembali menangis. Penyebabnya pun sama, film karya Hanung Bramantyo. Rupanya, kisah hidup mantan Presiden BJ Habibie dan almarhum istrinya Ainun Habibie yang difilmkan membuat sang presiden terharu.

Tak cuma presiden saja yang menangis, Ibu Negara Ani Yudhoyono juga berlinang air mata. SBY juga tampak terbata-bata saat menyampaikan kata sambutan usai menonton film tersebut.

SBY beberapa kali tampak menyeka air matanya dengan tangan. Sementara Ibu Ani juga beberapa kali menyeka air matanya dengan kain.

"Apa yang kita ketahui, dan apa yang kita ikuti ini berkaitan dengan Bapak Habibie dan Ibu Ainun, saya kira semua sependapat. Apa yang kita saksikan tadi penuh dengan pembelajaran, serta nilai-nilai yang patut kita contoh," kata SBY.

Selain memaparkan karier politik sang presiden, film ini juga tak luput menyorot kisah personal sang presiden dengan istrinya, Ainun Habibie. Dua bintang film ternama, Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari dipercaya sang sutradara, Hanung Bramantyo untuk menghidupkan sosok Habibie dan Ainun dalam film.

Namun setiap kisah pasti mempunyai akhir, demikian pula setiap mimpi mempunyai batas. Pada satu titik, dua belahan jiwa ini tersadar, apakah cinta mereka akan bisa terus abadi?

Dan seperti yang diprediksikan, film ini ternyata memang menguras air mata, setidaknya air mata SBY dan istrinya, Ani Yudhoyono.

Sayangnya, SBY menangis ketika menonton film saja. Melihat penderitaan rakyat Indonesia, masyarakat Indonesia masih banyak yang miskin dan menganggur, korban-korban bencana di berbagai daerah, sepertinya tidak membuat SBY menangis dan begitu terharu. Apalagi menyaksikan penderiataan umat Islam di belahan negara lain.

"Kita juga tidak pernah menyaksikan SBY menangis saat menyaksikan anak-anak Palestina dibombardir dan ditembaki oleh tentara Zionis Israel," kata fungsionaris Forum Umat Islam (FUI) Ustad Bernard Abdul Jabbar, kepada Suara Islam Online, Selasa (18/12/2012).

Padahal, lanjut UStad Bernard, pembunuhan dan pembantaian terhadap kaum Muslimin di Palestina, Suriah, Rohingya adalah fakta bukan drama apalagi film. "Mengapa itu tidak bisa membuat SBY trenyuh kemudian menangis?," tanyanya.

Ia lantas membandingkan SBY dengan Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu, yang menangis ketika mengunjungi Gaza bersama delegasi Menteri Luar Negeri Negara Liga Arab akhir bulan lalu.

Davutoglu berkunjung ke Rumah Sakit al-Shifa di Jalur Gaza dan berjumpa dengan keluarga korban perang. Menlu Turki itu langsung menangis ketika memeluk keluarga Palestina yang berkumpul di wilayah itu.

"Dia menangis betulan menyaksikan mayat-mayat dan korban-korban kekejaman Israel di Gaza. Tidak seperti SBY yang menangis karena film," tandasnya.

Ustad Bernard menyarankan, bila SBY tidak bisa menyaksikan langsung penderitaan rakyat Gaza, supaya menyaksikan film dokumenter "Tears of Gaza".

"Supaya SBY bisa benar-benar merasakan penderitaan mereka," pungkasnya.
suara-islam.com

Peneliti: Ma'had Al-Zaytun Mengarah Pada Pluralisme Bukan Negara Islam

Doktor Asep Zaenal Ausop, peneliti tentang gerakan NII KW IX dan Ma'had Al-Zaytun punya penilaian sendiri terhadap pesantren yang dipimpin AS Panji Gumilang itu. Menurut Asep, mustahil Panji Gumilang akan mendirikan Negara Islam Indonesia.

"Al-Zaytun mengarah pada pluralisme, bukan negara Islam. Hampir tidak mungkin orang seperti Abu Toto mendirikan Negara Islam," kata Asep dalam bedah bukunya, "Aliran dan Gerakan NII Kartosuwiryo, NII KW IX dan Ma'had Al-Zaytun, di Jakarta, Selasa (18/12/2012).

Menurut dosen Agama Islam dan Filsafat Sainst ITB Bandung ini dalam praktik keagamaannya, Abu Toto cenderung liberal. Ini terbukti dengan liberalisasi ajaran-ajarannya seperti kurban yang tidak harus dengan sapi atau kambing, melainkan uangnya dikumpulkan untuk membangun pesantren.

"Alasannya, kalau kurban sapi atau kambing kan selesai setelah dipotong, dibagi. Kalau uang kurbannya dikumpulkan buat bangun pesantren kan lebih bermanfaat," jelas Asep.

Dalam soal ibadah, misalnya, Ma'had al-Zatun juga tidak begitu ketat. Menurut Asep, saat adzan berkumandang tidak semua santri az-Zaytun berbondong-bondong salat.

"Adzan yang salat ya salat, yang basket ya basket, yang volley ya volley. Kayak IAIN kan begitu. Beda dengan Gontor. Adzan semua salat," kata Sekretaris I MUI Jawa Barat ini.

Adanya liberalisasi Islam di Ma'had Al-Zaytun, kata Asep, memang tidak mengherankan. Sebab Abu Toto dan gerakannya memang terpengaruh oleh dua paham sesat, aliran Isa Bugis dan Lembaga Kerasulan (LK).
Mengenai pluralisme di tubuh Ma'had Al-Zaytun, Asep menyebut salah satu contohnya. Pada 2004, Abu Toto pernah kedatangan tamu rombongan pendeta dari Jakarta. Namanya Pendeta Rudy Rudolf Andreas Tendean. Dalam rangkaian acara di Ma'had itu, lanjut Asep, pendeta itu kemudian diajak masuk ke Masjid Rahmatan lil Alamin, masjid milik Ma'had yang sangat megah.

"Di Masjid itu Pendeta Rudy diminta memimpin doa. Menurut Abu Toto, masjid itu dibangun oleh orang beriman, sedangkan Pendeta Rudy termasuk orang yang beriman," ungkapnya.

Asep yang berhasil meraih gelar doktor dari UIN Syarif Hidayatullah dengan disertasi soal NII itu juga mengatakan bahwa NII KW IX pimpinan AS Panji Gumilang sudah ditaklukkan oleh militer. "NII KW IX ibarat ikan hiu sudah diakuariumkan, sudah ditaklukkan militer," katanya.

Hubungan dekat antara Abu Toto dengan pemerintah, kata Asep, sudah terjadi jauh-jauh hari sebelum Panji Gumilang mengambil alih kepemimpinan NII KW IX pada sekitar 1996. Buktinya pada 1970, Abu Toto sudah bisa mendatangkan Aspri Presiden Soeharto, Sudjono Umar Dani, untuk ceramah di di PGA Mathlaul Anwar di Banten.

Keanehan lain dari Ma'had Al-Zaytun dalam hubungannya dengan militer, kata Asep, sebenarnya NII mengharamkan pemilu. Tetapi ternyata saat pemilihan presiden, di Ma'had Al Zaytun dimenangkan oleh Wiranto. suara-islam.com

Hukum Mengucapkan dan Menjawab Selamat Natal

Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah shalawat dan salam untuk Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Nuansa Natal di negeri yang mayoritas muslim ini sudah sangat terasa kemeriahannya. Mall-mall dan pusat perbelanjaan menggelar event-event bertemakan natal. Semua itu untuk memeriahkan hari crismash yang diyakini kaum Nasrani sebagai hari kelahiran al Masih atau Jesus yang diklaim sebagai tuhan atau anak Tuhan.
Dalam akidah Islam Isa putera Maryam adalah Nabi dan Rasul Allah Ta’ala. Dia bukan anak Tuhan dan bukan Tuhan itu sendiri. Bahkan Allah Ta’ala telah membantah di banyak ayat-Nya bahwa Dia menjadikan Isa sebagai putera-Nya,
وَأَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَلَا وَلَدًا
Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak.” (QS. al-Jin: 3)
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-An’am: 101)
Allah mengabarkan bahwa Dia Mahakaya tidak butuh kepada yang lainnya. Dia tidak butuh mengangkat seorang anak dari makhluk-Nya.
قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ هُوَ الْغَنِيُّ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ إِنْ عِنْدَكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ بِهَذَا أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah; Dia-lah Yang Maha Kaya; kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Kamu tidak mempunyai hujjah tentang ini. Pantaskah kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (QS. Yunus: 68)
Sesungguhnya umat Kristiani telah berlaku lancang kepada Allah dengan menuduh-Nya telah mengangkat seorang hamba dan utusan-Nya sebagai anak-Nya yang mewarisi sifat-sifat-Nya. Karena ucapan mereka ini, hamper-hampir langit dan bumi pecah karenanya.
"Dan mereka berkata: 'Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak'. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba." (QS. Maryam: 88-93)
Sesungguhnya umat Kristiani telah berlaku lancang kepada Allah dengan menuduh-Nya telah mengangkat seorang hamba dan utusan-Nya sebagai anak-Nya yang mewarisi sifat-sifat-Nya. Karena ucapan mereka ini, hamper-hampir langit dan bumi pecah karenanya.
Maka tidak mungkin seorang muslim yang mentauhidkan Allah akan ikut serta, mendukung, mengucapkan selamat atasnya, dan bergembira dengan perayaan-perayaan hari raya tersebut yang jelas-jelas menghina Allah dengan terang-terangan. Keyakinan ini membatalkan peribadatan kepada Allah, karena inilah Allah Ta'ala menyifati Ibadurrahman bersih dari semua itu:
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu. . ." (QS. Al Furqaan: 72) Makna al Zuur, adalah hari raya dan hari besar kaum musyrikin sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, Abul 'Aliyah, Ibnu sirin, dan ulama lainnya dari kalangan sahabat dan tabi'in.
Namun di tengah-tengah zaman penuh fitnah ini, prinsip akidah yang sudah tertera sejak 1400 tahun yang lalu mulai digoyang dan dianulir. Atas dalih toleransi umat beragama, menghormati perayaan agama orang lain. Dengan dalih kerukunan antarumat beragama, sebagian umat Islam ikut-ikutan merayakan dan memeriahkan hari besar kufur dan syirik ini. Sebagian mereka dengan suka rela mengucapkan selamat kepada orang-orang kafir atas hari raya mereka yang berisi kekufuran dan kesyirikan terebut.
Lebih tragis lagi, pembenaran saling mengucapkan selamat atas hari raya antar umat beragama dilontarkan oleh para tokoh intelektual Muslim. Tidak sedikit mereka yang bergelar Profesor dan Doktor.
Prof. Dr. Sofjan Siregar, MA dalam isi materi yang disampaikannya dalam pengajian ICMI Eropa bekerjasama dengan pengurus Masjid Nasuha di Rotterdam, Belanda, Jumat (17/12/2010), menyimpulkan bahwa mengucapkan selamat Natal oleh seorang muslim hukumnya mubah, dibolehkan. Menurutnya masalah mengucapkan selamat Natal adalah bagian dari mu’amalah, non-ritual. Yang pada prinsipnya semua tindakan non-ritual adalah dibolehkan, kecuali ada nash ayat atau hadits yang melarang. Dan menurut Sofjan, tidak ada satu ayat Al Quran atau hadits pun yang eksplisit melarang mengucapkan selamat atau salam kepada orang non-muslim seperti di hari Natal. (Detiknews.com, Ahad: 19/12/2010)
Prof DR HM Din Syamsuddin MA, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, mengaku terbiasa mengucapkan selamat Natal kepada pemeluk Kristen.
"Saya tiap tahun memberi ucapan selamat Natal kepada teman-teman Kristiani," katanya di hadapan ratusan umat Kristiani dalam seminar Wawasan Kebangsaan X BAMAG Jatim di Surabaya (10/10/2005).
Maka tidak mungkin seorang muslim yang mentauhidkan Allah akan ikut serta, mendukung, mengucapkan selamat atasnya, dan bergembira dengan perayaan-perayaan hari raya Natal yang jelas-jelas menghina Allah dengan terang-terangan.
Fatwa Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin Shalih Utsaimin
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullaah ditanya tentang hukum mengucapkan selamat natal kepada orang kafir.
“Apa hukum mengucapkan selamat hari raya Natal kepada orang-orang kafir? Dan bagaimana kita membalas jika mereka mengucapkan Natal kepada kita? Apakah boleh mendatangi tempat-tempat yang menyelenggarakan perayaan ini? Apakah seseorang berdosa jika melakukan salah satu hal tadi tanpa maksud merayakannya? Baik itu sekedar basa-basi atau karena malu atau karena terpaksa atau karena hal lainnya? Apakah boleh menyerupai mereka dalam hal itu?
Beliau rahimahullaah menjawab dengan tegas, “Mengucapkan selamat kepada orang-orang kafir dengan ucapan selamat natal atau ucapan-ucapan lainnya yang berkaitan dengan perayaan agama mereka hukumnya haram sesuai kesepakatan ulama. Sebagaimana kutipan dari Ibnul Qayyim rahimahullaah dalam bukunya Ahkam Ahl Adz-Dzimmah, beliau menyebutkan:
“Mengucapkan selamat kepada syiar agama orang kafir adalah haram berdasarkan kesepakatan. Seperti mengucapkan selamat atas hari raya dan puasa mereka dengan mengatakan 'Ied Muharak 'Alaik (hari raya penuh berkah atas kalian) atau selamat bergembira dengan hari raya ini dan semisalnya. Jika orang yang berkata tadi menerima kekufuran maka hal itu termasuk keharaman, statusnya seperti mengucapkan selamat bersujud kepada salib. Bahkan, di sisi Allah dosanya lebih besar dan lebih dimurkai daripada mengucapkan selamat meminum arak, selamat membunuh, berzina, dan semisalnya. Banyak orang yang tidak paham Islam terjerumus kedalamnya semantara dia tidak tahu keburukan yang telah dilakukannya. Siapa yang mengucapkan selamat kepada seseorang karena maksiatnya, kebid'ahannya, dan kekufurannya berarti dia menantang kemurkaan Allah.”Demikian ungkapan beliau rahimahullaah.
Haramnya mengucapkan selamat kepada kaum kuffar atas hari raya agama mereka, sebagaimana dipaparkan oleh Ibnul Qayyim, karena di dalamnya terdapat pengakuan atas syi’ar-syi’ar kekufuran dan ridla terhadapnya walaupun dia sendiri tidak ridha kekufuran itu bagi dirinya. Kendati demikian, bagi seorang muslim diharamkan ridha terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran atau mengucapkan selamat dengan syi’ar tersebut  kepada orang lain, karena Allah subhanahu wa ta'ala tidak ridha terhadap semua itu, sebagaimana firman-Nya,
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) mu dan Dia tidak meridai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridai bagimu kesyukuranmu itu.” (QS. Al-Zumar: 7)
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3) dan mengucapkan selamat kepada mereka dengan semua itu adalah haram, baik ikut serta di dalamnya ataupun tidak.”
Mengucapkan selamat kepada syiar agama orang kafir adalah haram berdasarkan kesepakatan.
Jika mereka mengucapkan selamat hari raya mereka kepada kita, hendaknya kita tidak menjawabnya, karena itu bukan hari raya kita dan Allah Ta’ala tidak meridhai hari raya tersebut, baik itu merupakan bid’ah atau memang ditetapkan dalam agama mereka. Namun sesungguhnya itu telah dihapus dengan datangnya agama Islam yang dengannya Allah telah mengutus Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kepada seluruh makhluk. Allah telah berfirman tentang agama Islam,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85).
Seorang muslim haram memenuhi undangan mereka dalam perayaan ini, karena ini lebih besar dari mengucapkan selamat kepada mereka, karena dalam hal itu berarti ikut serta dalam perayaan mereka. Juga diharamkan bagi kaum muslimin untuk menyamai kaum kuffar dengan mengadakan pesta-pesta dalam momentum tersebut atau saling bertukar hadiah, membagikan permen, parsel, meliburkan kerja dan sebagainya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan Ibnu Hibban)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullaah dalam bukunya Iqtidha’ ash-Shirath al-Mustaqim Mukhalafah Ashab al-Jahim menyebutkan, “Menyerupai mereka dalam sebagian hari raya milik mereka menumbuhkan rasa senang pada hati mereka (kaum muslimin) terhadap keyakinan batil mereka. Dan bisa jadi memberi makan pada mereka dalam kesempatan itu dan menaklukan kaum lemah.” Demikian ucapan beliau rahimahullah.
Dan barangsiapa melakukan di antara hal-hal tadi, maka ia berdosa, baik ia melakukannya sekedar basa-basi atau karena mencintai, karena malu atau sebab lainnya. Karena perbuatan tersebut termasuk bentuk mudahanan (penyepelan) terhadap agama Allah dan bisa menyebabkan teguhnya jiwa kaum kuffar dan membanggakan agama mereka. (Al-Majmu’ Ats-Tsamin, Syaikh Ibnu Utsaimin, juz 3 diunduh dari situs islamway.com) [PurWD/voa-islam.com]
Tulisan Terkait: